PERILAKU
MANUSIA DALAM ORGANISASI
A. LATAR BELAKANG
Kaitannya dengan perilaku manusia dalam organisasi, perlu
diingat bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dalam organisasi, manusia
merupakan unsur yang sangat penting. Mempelajari tentang perilaku manusia dalam
organisasi, yang terdapat didalamnya adalah tentang mempengaruhi dan mengubah perilaku orang lain
disekitarnya.
Dalam keorganisasian, secara khusus membahas perilaku manusia
dalam lingkungan keorganisasian dan pengaruhnya terhadap organisasi tersebut.
Setiap individu yang terdapat dalam organisasi mempunyai
perbedaan dalam banyak hal, perbedaan tersebut harus bisa dipahami dan diatasi.
Untuk mengatasi perbedaan dibutuhkan sikap pemahaman. Sikap pemahaman tersebut
sangat dibutuhkan bagi seorang manajer. Seorang manajer harus mengetahui
perilaku individu, mengetahui perbedaan yang mempengaruhi perilaku dan prestasi
bawahannya, pada umumnya perilaku tersebut dipengaruhi oleh karakteristik
individu yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah motivasi supaya tujuan
dalam organisasi tersebut dapat tercapai.
Dalam organisasi, karyawanlah yang menentukan keberhasilan
tujuan-tujuan yang sudah direncanakan agar dapat tercapai. Karyawan ini ketika
memasuki organisasi ataupun perusahaan akan membawa kemampuan, kepercayaan
pribadinya serta pengalaman masa lalunya. Pertama kali karyawan aktif dikantor,
ketika diamati ada yang terlampau aktif dan ada juga yang pasif. Itulah
merupakan sifat-sifat karakteristik individual.
Menurut Thoha (1983), karakteristik akan berinteraksi dengan
tatanan organisasi, seperti : tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, serta
kompensasi dan sistem pengendalian. Hasilnya adalah terbentuknya
perilaku-perilaku tertentu individunya dalam organisasi. Untuk itu, seorang
manajer penting memberitahukan kepada karyawannya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
a. Apa maksud dan karakteristik masuknya individu dalam organisasi,
b. Apa saja perbedaan untuk memahami perilaku manusia,
c. Apa saja faktor yang mempengaruhi kinerja individu,
d. Apa saja Langkah modifikasi perilaku individu.
C. PEMBAHASAN
1.
Masuknya individu dalam organisasi
Perilaku individu dalam
organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan
karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi semuanya akan
berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya tersebut adalah ditentukan
oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda satu sama lain. Individu
membawa kedalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi,
pengharapan kebutuhan dan pengalaman
masa lalunya.
Karakteristik yang dipunyai
individu ini akan dibawanya ketika memasuki lingkungan yang baru yaitu
organisasi atau yang lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang
mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalan susunan pekerjaan,
tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian dan sistem pengendalian.
Perilaku individu juga dapat
dipahami dengan mempelajari karakteristik individu. Numran dalam Sopiah (2008)
menjelaskan karakteristik yang melekat pada individu terdiri dari ciri-ciri biografis,
kepribadian, sikap, kemampuan, persepsi dan belajar. Berikut ini adalah
penjelasan masing-masing karakteristik tersebut.
1.
Karakteristik biografis
Yaitu ciri-ciri yang melekat pada individu atau karakteristik
pribadi, antara lain :
a.
Umur
Dijelaskan secara umum bahwa
umur berpengaruh terhadap bagaimana perilaku atau sikap seorang individu
termasuk bagaimana kemampuannya untuk bekerja, merespon stimulus yang
dilancarkan oleh individu lainnya. Sedikitnya ada 3 alasan yang menjadikan umur
penting untuk dipelajari, antara lain :
o Adanya
persepsi bahwa semakin tua seseorang maka prestasi kerjanya akan semakin
merosot karena faktor biologis alamiah.
o Adanya
kenyataan bahwa semua pekerja akan menua.
o Adanya
ketentuan peraturan pensiunan yang sifatnya perintah adalah melanggar hukum karena
batasan pensiun bukanlah umur, melainkan ketika yang bersangkutan menyatakan
tidak mampu lagi bekerja. Jika terlaksana demikian maka banyak pekerja dengan
usia 70 tahun belum akan pensiun.
Dari segi kehadiran, hasil
penelitian menunjukkan bahwa kehadiran pegawai usia tua ternyata lebih baik,
karena persoalan yang dihadapi orang tua yang menyebabkan mangkir relatif lebih
sedikit dari orang muda. Akan tetapi, karena alasan kesehatan akhirnya orang
tua lebih banyak tidak hadir pada usia lanjut.
Dari segi produktifitas,
ternyata orang tua lebih produktif karena lebih berpengalaman, sehingga
terampil dan menguasai pekerjaannya lebih baik dibandingkan dengan orang yang
lebih muda. Motivasi dan dedikasi kerjanya
juga ternyata lebih tinggi. Namun tidak dapat dihindari pula, pada usia 60
tahun kekuatan fisik tidak akan menunjang semangat dan pengalaman yang tinggi
tersebut. Sehingga produktifitas akan menurun pada usia tersebut.
b.
Jenis kelamin
Penelitian membuktikan bahwa
sebenarnya kinerja pria dan wanita dalam menangani pekerjaan relatif sama.
Keduanya hampir sama konsistensinya dalam memecahkan masalah, keterampilan
analisis , dorongan kompetitif/persaingannya, motivasi sosiabilitas, dan
kemampuan belajar. Pendekatan psikologi menyatakan bahwa wanita lebih patuh pada
aturan dan otoritas, sedangkan pria lebih agresif. Sehingga lebih besar
kemungkinan mencapai sukses walaupun perbedaan ini terbukti sangat kecil.
Sehingga sebenarnya dalam pemberian kesempatan kerja tidak perlu ada perbedaan
karena tidak ada cukup bukti yang membedakan pria dan wanita dalam hal kepuasan
kerja.
Secara kodrati Tuhan
menciptakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari kapasitas fisik,
peran, tugas dan tanggung jawab dalam lingkungan keluarga. Untuk perempuan
lebih sering tidak masuk kerja karena mananggung beban rumah tangga misalnya
mengurusi anak yang sakit, hamil, dan melahirkan sehingga harus absen, sehingga
lebih sering tidak masuk kerja.
c.
Status perkawinan
Pemaknaan tentang pekerjaan
akan berbeda antara karyawan yang belum menikah dengan karyawan yang sudah
menikah. Penelitian membuktikan bahwa orang yang telah berumah tangga relatif
lebih baik dibandingkan dengan yang belum berumah tangga, baik ditinjau dari
segi kehadiran, beralih pekerjaan dan kepuasan kerja. Mengapa hal ini bisa
terjadi? karena orang yang telah berkeluarga mempunyai rasa tanggung jawab dan
membuat pekerjaan lebih ajeg, lebih tertib, dan mengganggap pekerjaan lebih
berharga dan lebih penting.
d.
Jumlah atau banyaknya tanggungan
Banyak penelitian
menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga berpengaruh
terhadap produktivitas kerja karyawan. Karena semakin besar pula beban yang ia
tanggung dan menjadikan tingkat
produktifitasnya menjadi menurun.
e.
Masa kerja
Istilah masa kerja adalah
berkaitan langsung dengan senioritas dalam pekerjaan. Artinya tidak relevan
membandingkan pria-wanita –tua-muda dan lain sebagainya karena penelitian
menunjukkan bahwa belum tentu yang lebih lama pada pekerjaan memiliki
produktivitas yang lebih tinggi. Karena bisa saja orang baru bekerja tetapi
memiliki pengalaman yang lebih baik dari pekerjaan masa lalu. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengalaman masa lalu merupakan penentu masa depan seseorang
dalam pekerjaan.
Banyak penelitian menunjukkan
juga bahwa adanya hubungan positif antara lama masa kerja dengan kepuasan
kerja, artinya semakin lama seorang karyawan bekerja, maka semakin rendah
keinginan karyawan tersebut untuk meningkatkan pekerjaannya. Jadi, karyawan
tersebut tetap dalam keadaan nyamannya bekerja.
2.
Kepribadian
Nimran dalam sopiah (2008), menurutnya
bahwa kepribadian adalah sebagai keseluruhan cara bagaimana individu bereaksi
dan berinteraksi dengan orang lain. Adapun karakteristik kepribadian yang
popular atau sering diketahui diantaranya adalah agresif, malu, pasrah, malas,
ambisius, setia, jujur. Semakin konsisten karakteristik tersebut disaat
merespon lingkungan, maka itu menunjukkan bahwa fakror keturunan atas pembawaan
karaketeristik tersebut merupakan faktor yang penting dalam membentuk
kepribadian seseorang.
Kunarto (2001) menyebutkan
bahwa pribadi seseorang selalu diwarnai oleh tempramen dan sekaligus karakter.
Tempramen itu merupakan sifat-sifat yang
diperoleh dari keturunan. Sedangkan karakter terbentuk oleh lingkungan dan
situasi interaksi antara tempramen dan karakter itu yang membentuk kepribadian
seseorang. Orang yang karakternya terbentuk pada lingkungan dan budaya kerja
yang tinggi akan cenderung serius, ambisius, dan agresif. Sedangkan orang yang
berada pada lingkungan dan budaya yang menekankan pada pentingnya bergaul baik
dengan orang lain, maka ia akan lebih memprioritaskan keluarga dibandingkan
kerja dan karier.
Ada sejumlah atribut
kepribadian yang perlu dicermati, diantaranya :
a.
Daerah pengendalian
Ada 2 daerah pengendalian
kepribadian, yaitu eksternal dan internal. Kepribadian yang bersifat internal
adalah kepribadian dimana seseorang percaya bahwa dialah yang mengendalikan apa
yang terjadi pada dirinya. Sedangkan sifat kepribadian yang eksternal adalah keyakinan
seseorang bahwa apa yang terjadi pada dirinya ditentukan oleh lingkungan
(selain dirinya) seperti nasib dan keberuntungan.
b.
Paham otoritarian
Paham ini berkeyakinan bahwa
ada perbedaan status dan keyakinan pada orang-orang yang ada dalam organisasi. Sifat
kepribadian otoritarian yang tinggi memiliki intelektual yang kaku, membedakan
orang atau kedudukan dalam organisasi, mengeksploitasi orang yang memiliki
status dibawahnya, suka curiga, dan menolak perubahan. Jadi, individu yang
berada dalam organisasi tersbut merasa paling tinggi dan berkuasa (otoriter)
c.
Orientasi prestasi
Orientasi juga merupakan
karakteristik kepribadian yang dapat digunakan untuk meramal perilaku orang.
Mc. Clelland, menyebutkan bahwa ada dua karakteristik sifat kepribadian seseorang
yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi tinggi, yaitu
o Mereka
secara pribadi ingin bertanggung jawab atas keberhasilan dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan kepadanya.
o Mereka
lebih senang dengan suatu resiko. Resiko merupakan tantangan yang mengasyikkan.
Jika berhasil melewatinya maka ia akan merasa puas.
Bentuk-bentuk kepribadian akhirnya menentukan perilaku organisasi,
karenanya orang mencari dan berusaha menemukan ciri-ciri kepribadian. Antara
lain pendiam vs ramah, mengalah vs dominan,dan lain-lain.
Introversi adalah sifat kepribadian seseorang yang cenderung
menghabiskan waktu dengan dunianya sendiri dan menghasilkan kepuasan atas
pikiran dan perasaannya.
Ekstroversi merupakan sifat kepribadian yang cenderung
mengarahkan perhatian kepada orang lain, kejadian dilingkungan dan menghasilkan
kepuasan dari stimulus lingkungan.
3.
Sikap (attitude)
Sikap merupakan satu faktor
yang harus dipahami untuk kita dapat memahami perilaku orang lain. Dengan
saling memahami individu, maka organisasi akan dapat dikelola dengan baik.
Definisi sikap dapat dijelaskan dalam tiga komponen sikap yaitu afektif,
kognitif, dan psikomotorik.
Afektif berkenaan dengan
komponen emosional atau perasaan seseorang. Komponen kognitif ini berkaitan
dengan proses berpikir yang menentukan pada rasionalitas dan logika. Komponen
psrikomotorik merupakan kecenderungan seseorang dalam bertindak terhadap
lingkungannya.
4.
Kemampuan (ability)
Yang dimaksud dengan istilah
kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan beberapa kegiatan dalam
satu pekerjaan. Pencapaian tujuan organisasi atau manajemen yang berhasil
adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengeksploitasikan kelebihan
sebesar-besarnya dan menekankan kekurangannya dari berbagai orang untuk bersama-sama
meningkatkan produktivitas. Kategori dikelompokkan menjadi dua yaitu kemampuan
intelektual dan kemampuan phisik.
Kemampuan intelektual adalah
kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental. Untuk mengungkap
kemampuan ini digunakan tes IQ yang berusaha mengeksploitasi dimensi :
o kecerdasan
numerik yaitu
kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat.
o Pemahaman
verbal
yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta relasinya dengan
satu sama lain,
o kecepatan
perseptual yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan beda
visual dengan cepat dan tepat.
o Penalaran
induktif yaitu
kemampuan mengenali suatu urutan secara logis dalam suatu masalah dan kemudian
memecahkan masalah tersebut.
o Penalaran
deduktif yaitu
kemampuan menggunakan logika dan menilai omplikasi dari suatu argumen
o Vitualisasi
ruang yaitu
kemampuan membayangkan bagaimana suatu objek
akan tampak seandainya posisinya dalam ruang di ubah
o Ingatan
(memory) yaitu kemampuan menahan dan mengenang kembali
pengalaman masa lalu.
Untuk pekerjaan yang memerlukan rutinias tinggi dan tidak memerlukan
intelektualitas tinggi, IQ tinggi tidak ada relevansinya dengan kinerja. Namun
pemahaman verbal, kecepatan persepsi, visualisasi ruang dan ingatan banyak
diperlukan diberbagai bidang pekerjaan, sehingga tes IQ tetap diperlukan.
Kamampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan
tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan.
Karyawan yang mempunyai kemampuan intelektual dan fisiknya tidak sesuai
dengan tuntutan pekerjaan, dipastikan akan menjadi penghambat pencapaian tujuan
kinerja atau produktivitas. Untuk itu disarankan agar dilakukan pengujian
sebelum karyawan tersebut diterima bekerja.
5.
Persepsi
Gitosudarmo 1 (1997)
memberikan definisi persepsi sebagai suatu proses memperhatikan dan
mennyeleksi, mengorganisasikan, dan menafsirkan stimulus lingkungan. Dia
menambahkan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi persepsi, diantaranya :
o Ukuran
o Intensitas,
semakin tinggi tingkat intensitas stimulus maka akan semakin besar
kemungkinannya untuk dipersepsikan
o Frekuensi,
semakin sering frekuensi suatu stimulus maka akan semakin dipersepsikan orang
o Kontras,
stimulus yang kontras mencolok dengan lingkungannya akan semakin dipersepsikan
orang
o Gerakan
stimulus, dengan gerakan yang lebih banyak akan semakin dipersepsikan orang
dibandingkan dengan stimulus yang gerakannya kurang. Misalnya disuatu ruangan
yang hening dan semua diam, tiba-tiba ada seseorang yang bergerak maka semua
orang diruangan tersebut akan memperhatikan orang yang bergerak itu.
o Perubahan
/ stimulus yang berubah-ubah akan menarik untuk diperhatikan dibandingkan
dengan stimulus yang tetap. Misalnya lampu yang nyalanya berkelip-kelip atau
memiliki warna yang bermacam-macam akan lebih menarik perhatian.
o Baru,
suatu stimulus baru akan lebih menarik perhatian orang dibanding stimulus lama.
Misalnya buku terbitan baru tentu akan lebih menarik perhatian publik
dibandingkan buku terbitan lama.
o Unik,
semakin unik suatu objek atau kejadian maka akan semakin menarik orang untuk
memperhatikannya.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya distorsi atau penekanan dalam
persepsi atau adanya perbedaan persepsi dalam memaknai sesuatu. Faktornya adalah :
o Pemberian
kesan
Bagaimana seseorang memberikan arti terhadap sesuatu sangat
ditentukan oleh karakteristik kepribadian orang tersebut. Misalnya umur, lama
bekerja, status, tingkat pendidikan, agama, budaya, dan lain-lain.
o Sasaran,
atribut yang melekat pada objek yang sedang diamati akan dipersepsikan sehingga
dapat mempengaruhi bagaimana orang mempersepsikan hal tersebut. Misalnya dari
wujud fisik, tinggi bentuk tubuh, rambut, cara berpakaian, suara, gerakan,
bahasa tubuh, maupun sikapnya yang berbeda dari tiap orang yang berbeda.
o Situasi,
lingkungan sangat menentukan individu / kelompok dalam mempersiapkan objek atau
kejadian. Contoh : setiap malam minggu anda dapat melihat seseorang di cafe.
Menurut anda, orang tersebut tidak menarik. Tetapi ketika orang tersebut datang
ke masjid, menurut anda, orang tersebut menjadi sangat menarik. Namun mungkin
saja orang lain tidak menilainya demikian.
6.
Belajar
Robbins (1993) menyebutkan
belajar adalah proses perubahan yang relatif konstan (tetap) dalam tingkah laku
yang terjadi karena adanya suatu pengalaman atau latihan. Dari pengertian
tersebut, dapat dipahami bahwa ada tiga komponen belajar yaitu :
o Belajar
itu melibatkan adanya perubahan, dari buruk menjadi baik, dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.
o Perubahan
yang terjadi setelah belajar adalah relatif permanen. Bukan perubahan yang
bersifat sementara, karena perubahan yang bersifat sementara berarti
menunjukkan kegagalan dalam proses belajar.
o Belajar
berarti ada perubahan perilaku. Belajar tidak hanya mengubah pikiran dan sikap,
tetapi ada yang lebih penting lagi adalah belajar harus mengubah perilaku
subjek ajar. Dalam artian proses belajarnya bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain.
Jenis-jenis teori belajar :
o Teori
pengkondisian klasik
Dikemukakan oleh Poplov mengenai keterkaitan antara stimulus
yang tidak dikendalikan antara stimulus dengan respon menunjukkan bahwa
stimulus yang tidak dikondisikan akan menghasilkan respon yang tidak
dikendalikan pula, dan melalui proses belajar maka stimulus yang dikendalikan
itu akan menghasilkan respon yang dikondisikan. Secara sederhana, teori belajar
ini adalah dimana individu diberikan stimulus atau hal apapun dapat langsung
direspon atau diterima oleh yang diberi stimulus.
o Teori
pengkondisian operan
Menurut teori ini perilaku merupakan fungsi dan akibat dari
perilaku itu sendiri. Kecenderungan mengulangi sebuah perilaku tertentu
dipengaruhi penguatan yang disebabkan oleh adanya akibat dari perilaku itu. Secara
singkat, teori ini mengulang perilakunya yang diharapkan dapat memeberikan
penghargaan. Misalnya apabila karyawan berprestasi diatas standar kemudian
diberi insentif atau bonus dari pimpinan, maka akan berdampak positif /
kesenangan sehingga pada bulan berikutnya karyawan itu akan melakukan hal yang
sama untuk memperoleh imbalan.
o Teori
sosial, teori sosial ini adalah suatu proses belajar yang dilakukan melalui
suatu pengamatan dan pengalaman secara langsung. Agar memperoleh hasil yang
maksimal, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses belajar
mengajar yaitu :
o Proses
perhatian, dimana pengajar harus menyampaikan materi pelajaran dengan menarik,
dan suasana belajar yang kondusif
o Proses
ingatan, dimana hasil belajar juga tergantung pada seberapa besar daya ingat si
subjek belajar
o Proses
reproduksi, dimana subjek ajar setelah belajar harus mengalami perubahan sikap,
berpikir dan berperilaku.
o Proses
penguatan, dimana subjek belajar telah belajar dengan baik maka harus diberikan
penguatan. Misalnya, karyawan yang mengikuti pelatihan, setelah selesai
pelatihan dan kinerjanya menjadi lebih baik maka ia harus mendapatkan imbalan
yang sesuai.
2.
Memahami perilaku manusia
Thoha (2009) menjelaskan
perbedaan perilaku manusia beberapa aspek mendasar sebagai berikut :
a.
Manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak
sama.
Berbagai pendapat
menjelaskan penyebab perbedaan ini seperti ada yang beranggapan karena
ditakdirkan tidak sama kemampuannya. Ada juga yang mengatakan karena perbedaan
dalam kemampuan menyerap informasi dari suatu gejala, ada yang beranggapan
karena kombinasi diantara keduanya. Oleh karenanya kecerdasan menjadi
perwujudan dari kemampuan seseorang. Terbentuknya kecerdasan juga dijelaskan
beragam ada yang mengatakan kecerdasan merupakan pembawaan sejak lahir. Ada
yang mengatakan karena pendidikan dan pengalaman. Karena adanya perbedaan
perilaku kemampuan ini maka dapat memberikan prediksi pelaksanaan dan hasil
kerja seseorang yang bekerja didalam suatu organisasi. Kalau kita berhasil
memahami sifat-sifat manusia dari sudut ini, maka akan paham pula mengapa
seseorang berperilaku yang berbeda dengan yang lain didalam melaksanakan suatu
pekerjaan yang sama.
b.
Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda
Perilaku umumnya didorong
oleh serangkaian kebutuhan. Sabagaimana teori kebutuhan dari Abraham Maslow
yang menjelaskan 5 tingkatan yang menjadi kebutuhan manusia. Ketika satu
tingkat kebutuhan telah terpenuhi, maka akan beranjak untuk memenuhi kebutuhan
pada tingkat selanjutnya atau berganti dengan kebutuhan yang lain. Pemahaman
terhadap perbedaan dalam kebutuhan ini sangat diperlukan karena dapat
memprediksi dan menjelaskan perilaku yang berorientasi tujuan didalam kerja
sama organisasi, serta membantu memahami mengapa suatu hasil dianggap penting
bagi seseotang yang juga masih berkaitan dengan konsep motivasi.
a.
Orang berpikir tentang masa depan, dan membuat pilihan
tentang bagaimana bertindak
Teori ini berdasarkan
proposisi yang sederhana yakni bahwa seseorang memilih berperilaku sedemikiannya
karena ia yakin dapat mengarahkan untuk mendapatkan suatu hasil, misalnya
mendapatkan hadiah, upah, dikenal oleh atasan yang menarik baginya karena
sesuai dengan tuntutan kebutuhannya. Dengan model ini dapat dipahami bahwa
kekuatan yang mendorong seseorang untuk berperilaku dalam suatu cara tertentu
akan menjadi besar manakala individu tersebut :
·
Percaya bahwa pelaksanaan kerja suatu tingkat yang
diinginkan itu memungkinkan tingginya expancy / perluasan
·
Percaya bahwa perilakunya akan memimpin ke arah
pencapaian suatu hasil (terdapat expancy yang tinggi)
·
Dan apabila hasil-hasil tersebut mempunyai nilai yang
positif (mempunyai daya tarik yang tinggi)
Sehingga dapat dijelaskan bahwa individu akan memilih
perilaku yang memberikan dorongan motivasi besar. Model expancy ini
tidak bisa digunakan untuk meramalkan bahwa seseorang akan selalu berperilaku
dengan cara yang terbaik agar tercapai tujuan yang diinginkan. Model ini hanya
membuat asumsi bahwa seseorang membuat keputusan yang rasional itu berdasarkan
pada persepsinya terhadap lingkungannya.
o Seseorang
memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan
kebutuhannya.
Memahami lingkungan adalah
suatu proses aktif dimana seseorang mencoba membuat lingkungannya itu mempunyai
arti baginya. Proses aktif ini melibatkan seorang individu mengakui secara
selektif aspek-aspek yang berbeda dari lingkungan, menilai apa yang dilihatnya
dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu, dan mengevaluasi apa yang
dialami itu dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilainya. Oleh
karena kebutuhan-kebutuhan dan pengalaman seseorang itu seringkali berbeda
sifatnya, maka persepsinya terhadap lingkungan juga akan berbeda. Suatu contoh
, orang-orang yang berada dalam organisasi yang sama seringkali mempunyai
perbedaan didalam pengharapan(expextacy) mengenai suatu jenis perilaku yang
membuahkan suatu penghargaan, misalnya naiknya gaji dan cepatnya promosi.
o Seseorang
mempunyai reaksi senang atau tidak senang.
o Banyak
faktor yang menentukan sikap dan perilaku seseorang.
3.
Kinerja individu
a.
Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh effort
(usaha), ability (kemampuan) dan situasi lingkungan.
o Effort
Usaha individu yang diwujudkan dalam bentuk motivasi.
Motivasi adalah kekuatan yang dimiliki seseorang dan kekuatan tersebut akan
melahirkan intensitas dan ketekunan yang dilakukan secara sukarela. Motivasi
ada 2 macam, yaitu :
·
Motivasi dari dalam
Keinginan yang besar yang muncul dari dalam diri individu
tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan dalam hidupnya.
·
Motivasi dari luar
Motivasi yang bersumber dari luar diri yang menjadi kekuatan
bagi individu tersebut untuk meraih cita/tujuan-tujuan hidupnya seperti
pengaruh atasan, teman, keluarga dan lain sebagainya.
o Ability
Ability seorang individu diwujudkan dalam bentuk kompetensi.
Individu yang kompeten memiliki pengetahuan dan keahlian. Sejak dilahirkan setiap
individu dianugerahi Tuhan dengan bakat dan kemampuan. Bakat adalah kecerdasan
alami yang bersifat bawaan, kemampuan adalah kecerdasan individu yang diperoleh
malalui belajar.
b.
Situasi lingkungan
Lingkungan dapat memberikan
dampak positif maupun negatif. Situasi yang kondusif misalnya dukungan dari
atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang memadai, dan lain-lain. Situasi
lingkungan yang negatif misalnya suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana
dan prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan dari atasan, teman
kerja dan lain-lain.
4.
Langkah modifikasi perilaku
Perilaku individu dapat
dimodifikasi kearah yang lebih baik sehingga mengarah pada penciptaan tujuan
yang efektif dan efisien. Adapaun langkah modifikasi yang bisa dikembangkan adalah
sebagai berikut :
o Antecendents
apa yang melatarbelakangi perilaku individu ?
o Behavior
apa yang individu lakukan atau katakan ?
o Consequences
apa yang dapat menjadi siklus perilaku individu. Jika tahap ketiga yaitu
konsekuensi telah dilakukan, maka tindakan tersebut bisa menjadi pemicu tahapan
perilaku untuk siklus kedua.
D. KESIMPULAN
Dalam
mengelola organisasi seorang pemimpin atau manager harus memahami perilaku
individu sebagai landasan untuk mengelola orang-orang yang ada didalamnya. Harus
dapat mengetahui dan memahami setiap aspek yang ada dalam perilaku individu,
supaya dapat bekerja sama dengan baik tanpa ada merugikan bahkan saling
menjatuhkan karena perbedaan status kedudukan dalam organisasi.
Masalah
perilaku individu maupun kelompok merupakan salah satu masalah yang sangat
rumit yang selalu dihadapi oleh semua manager diberbagai organisasi, oleh
karena itu perlu sekali mempelajari dan memahami agar tujuan organisasi dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar