Senin, 03 Oktober 2016

Sistem Pengendalian Manajemen

PERILAKU MANUSIA DALAM ORGANISASI
A.     LATAR BELAKANG
Kaitannya dengan perilaku manusia dalam organisasi, perlu diingat bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dalam organisasi, manusia merupakan unsur yang sangat penting. Mempelajari tentang perilaku manusia dalam organisasi, yang terdapat didalamnya adalah tentang  mempengaruhi dan mengubah perilaku orang lain disekitarnya.
Dalam keorganisasian, secara khusus membahas perilaku manusia dalam lingkungan keorganisasian dan pengaruhnya terhadap organisasi tersebut.
Setiap individu yang terdapat dalam organisasi mempunyai perbedaan dalam banyak hal, perbedaan tersebut harus bisa dipahami dan diatasi. Untuk mengatasi perbedaan dibutuhkan sikap pemahaman. Sikap pemahaman tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang manajer. Seorang manajer harus mengetahui perilaku individu, mengetahui perbedaan yang mempengaruhi perilaku dan prestasi bawahannya, pada umumnya perilaku tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individu yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah motivasi supaya tujuan dalam organisasi tersebut dapat tercapai.
Dalam organisasi, karyawanlah yang menentukan keberhasilan tujuan-tujuan yang sudah direncanakan agar dapat tercapai. Karyawan ini ketika memasuki organisasi ataupun perusahaan akan membawa kemampuan, kepercayaan pribadinya serta pengalaman masa lalunya. Pertama kali karyawan aktif dikantor, ketika diamati ada yang terlampau aktif dan ada juga yang pasif. Itulah merupakan sifat-sifat karakteristik individual.
Menurut Thoha (1983), karakteristik akan berinteraksi dengan tatanan organisasi, seperti : tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, serta kompensasi dan sistem pengendalian. Hasilnya adalah terbentuknya perilaku-perilaku tertentu individunya dalam organisasi. Untuk itu, seorang manajer penting memberitahukan kepada karyawannya. 

B.     IDENTIFIKASI MASALAH
a.       Apa maksud dan karakteristik masuknya individu dalam organisasi,
b.      Apa saja perbedaan untuk memahami perilaku manusia,
c.       Apa saja faktor yang mempengaruhi kinerja individu,
d.      Apa saja Langkah modifikasi perilaku individu.

C.     PEMBAHASAN
1.      Masuknya individu dalam organisasi
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya tersebut adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda satu sama lain. Individu membawa kedalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan  kebutuhan dan pengalaman masa lalunya.
Karakteristik yang dipunyai individu ini akan dibawanya ketika memasuki lingkungan yang baru yaitu organisasi atau yang lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalan susunan pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian dan sistem pengendalian.
Perilaku individu juga dapat dipahami dengan mempelajari karakteristik individu. Numran dalam Sopiah (2008) menjelaskan karakteristik yang melekat pada individu terdiri dari ciri-ciri biografis, kepribadian, sikap, kemampuan, persepsi dan belajar. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing karakteristik tersebut.
1.      Karakteristik biografis
Yaitu ciri-ciri yang melekat pada individu atau karakteristik pribadi, antara lain :
a.       Umur
Dijelaskan secara umum bahwa umur berpengaruh terhadap bagaimana perilaku atau sikap seorang individu termasuk bagaimana kemampuannya untuk bekerja, merespon stimulus yang dilancarkan oleh individu lainnya. Sedikitnya ada 3 alasan yang menjadikan umur penting untuk dipelajari, antara lain :
o   Adanya persepsi bahwa semakin tua seseorang maka prestasi kerjanya akan semakin merosot karena faktor biologis alamiah.
o   Adanya kenyataan bahwa semua pekerja akan menua.
o   Adanya ketentuan peraturan pensiunan yang sifatnya perintah adalah melanggar hukum karena batasan pensiun bukanlah umur, melainkan ketika yang bersangkutan menyatakan tidak mampu lagi bekerja. Jika terlaksana demikian maka banyak pekerja dengan usia 70 tahun belum akan pensiun.
Dari segi kehadiran, hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran pegawai usia tua ternyata lebih baik, karena persoalan yang dihadapi orang tua yang menyebabkan mangkir relatif lebih sedikit dari orang muda. Akan tetapi, karena alasan kesehatan akhirnya orang tua lebih banyak tidak hadir pada usia lanjut.
Dari segi produktifitas, ternyata orang tua lebih produktif karena lebih berpengalaman, sehingga terampil dan menguasai pekerjaannya lebih baik dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Motivasi dan  dedikasi kerjanya juga ternyata lebih tinggi. Namun tidak dapat dihindari pula, pada usia 60 tahun kekuatan fisik tidak akan menunjang semangat dan pengalaman yang tinggi tersebut. Sehingga produktifitas akan menurun pada usia tersebut.
b.      Jenis kelamin
Penelitian membuktikan bahwa sebenarnya kinerja pria dan wanita dalam menangani pekerjaan relatif sama. Keduanya hampir sama konsistensinya dalam memecahkan masalah, keterampilan analisis , dorongan kompetitif/persaingannya, motivasi sosiabilitas, dan kemampuan belajar. Pendekatan psikologi menyatakan bahwa wanita lebih patuh pada aturan dan otoritas, sedangkan pria lebih agresif. Sehingga lebih besar kemungkinan mencapai sukses walaupun perbedaan ini terbukti sangat kecil. Sehingga sebenarnya dalam pemberian kesempatan kerja tidak perlu ada perbedaan karena tidak ada cukup bukti yang membedakan pria dan wanita dalam hal kepuasan kerja.
Secara kodrati Tuhan menciptakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari kapasitas fisik, peran, tugas dan tanggung jawab dalam lingkungan keluarga. Untuk perempuan lebih sering tidak masuk kerja karena mananggung beban rumah tangga misalnya mengurusi anak yang sakit, hamil, dan melahirkan sehingga harus absen, sehingga lebih sering tidak masuk kerja.

c.       Status perkawinan
Pemaknaan tentang pekerjaan akan berbeda antara karyawan yang belum menikah dengan karyawan yang sudah menikah. Penelitian membuktikan bahwa orang yang telah berumah tangga relatif lebih baik dibandingkan dengan yang belum berumah tangga, baik ditinjau dari segi kehadiran, beralih pekerjaan dan kepuasan kerja. Mengapa hal ini bisa terjadi? karena orang yang telah berkeluarga mempunyai rasa tanggung jawab dan membuat pekerjaan lebih ajeg, lebih tertib, dan mengganggap pekerjaan lebih berharga dan lebih penting.
d.      Jumlah atau banyaknya tanggungan
Banyak penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. Karena semakin besar pula beban yang ia tanggung dan menjadikan tingkat  produktifitasnya menjadi menurun.
e.       Masa kerja
Istilah masa kerja adalah berkaitan langsung dengan senioritas dalam pekerjaan. Artinya tidak relevan membandingkan pria-wanita –tua-muda dan lain sebagainya karena penelitian menunjukkan bahwa belum tentu yang lebih lama pada pekerjaan memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Karena bisa saja orang baru bekerja tetapi memiliki pengalaman yang lebih baik dari pekerjaan masa lalu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman masa lalu merupakan penentu masa depan seseorang dalam pekerjaan.
Banyak penelitian menunjukkan juga bahwa adanya hubungan positif antara lama masa kerja dengan kepuasan kerja, artinya semakin lama seorang karyawan bekerja, maka semakin rendah keinginan karyawan tersebut untuk meningkatkan pekerjaannya. Jadi, karyawan tersebut tetap dalam keadaan nyamannya bekerja.
2.      Kepribadian
Nimran dalam sopiah (2008), menurutnya bahwa kepribadian adalah sebagai keseluruhan cara bagaimana individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Adapun karakteristik kepribadian yang popular atau sering diketahui diantaranya adalah agresif, malu, pasrah, malas, ambisius, setia, jujur. Semakin konsisten karakteristik tersebut disaat merespon lingkungan, maka itu menunjukkan bahwa fakror keturunan atas pembawaan karaketeristik tersebut merupakan faktor yang penting dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kunarto (2001) menyebutkan bahwa pribadi seseorang selalu diwarnai oleh tempramen dan sekaligus karakter. Tempramen itu merupakan  sifat-sifat yang diperoleh dari keturunan. Sedangkan karakter terbentuk oleh lingkungan dan situasi interaksi antara tempramen dan karakter itu yang membentuk kepribadian seseorang. Orang yang karakternya terbentuk pada lingkungan dan budaya kerja yang tinggi akan cenderung serius, ambisius, dan agresif. Sedangkan orang yang berada pada lingkungan dan budaya yang menekankan pada pentingnya bergaul baik dengan orang lain, maka ia akan lebih memprioritaskan keluarga dibandingkan kerja dan karier.
Ada sejumlah atribut kepribadian yang perlu dicermati, diantaranya :
a.       Daerah pengendalian
Ada 2 daerah pengendalian kepribadian, yaitu eksternal dan internal. Kepribadian yang bersifat internal adalah kepribadian dimana seseorang percaya bahwa dialah yang mengendalikan apa yang terjadi pada dirinya. Sedangkan sifat kepribadian yang eksternal adalah keyakinan seseorang bahwa apa yang terjadi pada dirinya ditentukan oleh lingkungan (selain dirinya) seperti nasib dan keberuntungan.
b.      Paham otoritarian
Paham ini berkeyakinan bahwa ada perbedaan status dan keyakinan pada orang-orang yang ada dalam organisasi. Sifat kepribadian otoritarian yang tinggi memiliki intelektual yang kaku, membedakan orang atau kedudukan dalam organisasi, mengeksploitasi orang yang memiliki status dibawahnya, suka curiga, dan menolak perubahan. Jadi, individu yang berada dalam organisasi tersbut merasa paling tinggi dan berkuasa (otoriter)
c.       Orientasi prestasi
Orientasi juga merupakan karakteristik kepribadian yang dapat digunakan untuk meramal perilaku orang. Mc. Clelland, menyebutkan bahwa ada dua karakteristik sifat kepribadian seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi tinggi, yaitu
o   Mereka secara pribadi ingin bertanggung jawab atas keberhasilan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
o   Mereka lebih senang dengan suatu resiko. Resiko merupakan tantangan yang mengasyikkan. Jika berhasil melewatinya maka ia akan merasa puas.
Bentuk-bentuk kepribadian akhirnya menentukan perilaku organisasi, karenanya orang mencari dan berusaha menemukan ciri-ciri kepribadian. Antara lain pendiam vs ramah, mengalah vs dominan,dan lain-lain.
Introversi adalah sifat kepribadian seseorang yang cenderung menghabiskan waktu dengan dunianya sendiri dan menghasilkan kepuasan atas pikiran dan perasaannya.
Ekstroversi merupakan sifat kepribadian yang cenderung mengarahkan perhatian kepada orang lain, kejadian dilingkungan dan menghasilkan kepuasan dari stimulus lingkungan.
3.      Sikap (attitude)
Sikap merupakan satu faktor yang harus dipahami untuk kita dapat memahami perilaku orang lain. Dengan saling memahami individu, maka organisasi akan dapat dikelola dengan baik. Definisi sikap dapat dijelaskan dalam tiga komponen sikap yaitu afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Afektif berkenaan dengan komponen emosional atau perasaan seseorang. Komponen kognitif ini berkaitan dengan proses berpikir yang menentukan pada rasionalitas dan logika. Komponen psrikomotorik merupakan kecenderungan seseorang dalam bertindak terhadap lingkungannya.
4.      Kemampuan (ability)
Yang dimaksud dengan istilah kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan beberapa kegiatan dalam satu pekerjaan. Pencapaian tujuan organisasi atau manajemen yang berhasil adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengeksploitasikan kelebihan sebesar-besarnya dan menekankan kekurangannya dari berbagai orang untuk bersama-sama meningkatkan produktivitas. Kategori dikelompokkan menjadi dua yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan phisik.
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental. Untuk mengungkap kemampuan ini digunakan tes IQ yang berusaha mengeksploitasi dimensi :
o   kecerdasan numerik yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat.
o   Pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta relasinya dengan satu sama lain,
o   kecepatan perseptual  yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat.
o   Penalaran induktif yaitu kemampuan mengenali suatu urutan secara logis dalam suatu masalah dan kemudian memecahkan masalah tersebut.
o   Penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai omplikasi dari suatu argumen
o   Vitualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu objek  akan tampak seandainya posisinya dalam ruang di ubah
o   Ingatan (memory)  yaitu kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu.
Untuk pekerjaan yang memerlukan rutinias tinggi dan tidak memerlukan intelektualitas tinggi, IQ tinggi tidak ada relevansinya dengan kinerja. Namun pemahaman verbal, kecepatan persepsi, visualisasi ruang dan ingatan banyak diperlukan diberbagai bidang pekerjaan, sehingga tes IQ tetap diperlukan.
Kamampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan.
Karyawan yang mempunyai kemampuan intelektual dan fisiknya tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, dipastikan akan menjadi penghambat pencapaian tujuan kinerja atau produktivitas. Untuk itu disarankan agar dilakukan pengujian sebelum karyawan tersebut diterima bekerja.
5.      Persepsi
Gitosudarmo 1 (1997) memberikan definisi persepsi sebagai suatu proses memperhatikan dan mennyeleksi, mengorganisasikan, dan menafsirkan stimulus lingkungan. Dia menambahkan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi persepsi, diantaranya :
o   Ukuran
o   Intensitas, semakin tinggi tingkat intensitas stimulus maka akan semakin besar kemungkinannya untuk dipersepsikan
o   Frekuensi, semakin sering frekuensi suatu stimulus maka akan semakin dipersepsikan orang
o   Kontras, stimulus yang kontras mencolok dengan lingkungannya akan semakin dipersepsikan orang
o   Gerakan stimulus, dengan gerakan yang lebih banyak akan semakin dipersepsikan orang dibandingkan dengan stimulus yang gerakannya kurang. Misalnya disuatu ruangan yang hening dan semua diam, tiba-tiba ada seseorang yang bergerak maka semua orang diruangan tersebut akan memperhatikan orang yang bergerak itu.
o   Perubahan / stimulus yang berubah-ubah akan menarik untuk diperhatikan dibandingkan dengan stimulus yang tetap. Misalnya lampu yang nyalanya berkelip-kelip atau memiliki warna yang bermacam-macam akan lebih menarik perhatian.
o   Baru, suatu stimulus baru akan lebih menarik perhatian orang dibanding stimulus lama. Misalnya buku terbitan baru tentu akan lebih menarik perhatian publik dibandingkan buku terbitan lama.
o   Unik, semakin unik suatu objek atau kejadian maka akan semakin menarik orang untuk memperhatikannya.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya distorsi atau penekanan dalam persepsi atau adanya perbedaan persepsi dalam memaknai sesuatu. Faktornya  adalah :

o   Pemberian kesan
Bagaimana seseorang memberikan arti terhadap sesuatu sangat ditentukan oleh karakteristik kepribadian orang tersebut. Misalnya umur, lama bekerja, status, tingkat pendidikan, agama, budaya, dan lain-lain.
o   Sasaran, atribut yang melekat pada objek yang sedang diamati akan dipersepsikan sehingga dapat mempengaruhi bagaimana orang mempersepsikan hal tersebut. Misalnya dari wujud fisik, tinggi bentuk tubuh, rambut, cara berpakaian, suara, gerakan, bahasa tubuh, maupun sikapnya yang berbeda dari tiap orang yang berbeda.
o   Situasi, lingkungan sangat menentukan individu / kelompok dalam mempersiapkan objek atau kejadian. Contoh : setiap malam minggu anda dapat melihat seseorang di cafe. Menurut anda, orang tersebut tidak menarik. Tetapi ketika orang tersebut datang ke masjid, menurut anda, orang tersebut menjadi sangat menarik. Namun mungkin saja orang lain tidak menilainya demikian.
6.      Belajar
Robbins (1993) menyebutkan belajar adalah proses perubahan yang relatif konstan (tetap) dalam tingkah laku yang terjadi karena adanya suatu pengalaman atau latihan. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa ada tiga komponen belajar yaitu :
o   Belajar itu melibatkan adanya perubahan, dari buruk menjadi baik, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.
o   Perubahan yang terjadi setelah belajar adalah relatif permanen. Bukan perubahan yang bersifat sementara, karena perubahan yang bersifat sementara berarti menunjukkan kegagalan dalam proses belajar.
o   Belajar berarti ada perubahan perilaku. Belajar tidak hanya mengubah pikiran dan sikap, tetapi ada yang lebih penting lagi adalah belajar harus mengubah perilaku subjek ajar. Dalam artian proses belajarnya bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

Jenis-jenis teori belajar :
o   Teori pengkondisian klasik
Dikemukakan oleh Poplov mengenai keterkaitan antara stimulus yang tidak dikendalikan antara stimulus dengan respon menunjukkan bahwa stimulus yang tidak dikondisikan akan menghasilkan respon yang tidak dikendalikan pula, dan melalui proses belajar maka stimulus yang dikendalikan itu akan menghasilkan respon yang dikondisikan. Secara sederhana, teori belajar ini adalah dimana individu diberikan stimulus atau hal apapun dapat langsung direspon atau diterima oleh yang diberi stimulus.
o   Teori pengkondisian operan
Menurut teori ini perilaku merupakan fungsi dan akibat dari perilaku itu sendiri. Kecenderungan mengulangi sebuah perilaku tertentu dipengaruhi penguatan yang disebabkan oleh adanya akibat dari perilaku itu. Secara singkat, teori ini mengulang perilakunya yang diharapkan dapat memeberikan penghargaan. Misalnya apabila karyawan berprestasi diatas standar kemudian diberi insentif atau bonus dari pimpinan, maka akan berdampak positif / kesenangan sehingga pada bulan berikutnya karyawan itu akan melakukan hal yang sama untuk memperoleh imbalan.
o   Teori sosial, teori sosial ini adalah suatu proses belajar yang dilakukan melalui suatu pengamatan dan pengalaman secara langsung. Agar memperoleh hasil yang maksimal, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses belajar mengajar yaitu :
o   Proses perhatian, dimana pengajar harus menyampaikan materi pelajaran dengan menarik, dan suasana belajar yang kondusif
o   Proses ingatan, dimana hasil belajar juga tergantung pada seberapa besar daya ingat si subjek belajar
o   Proses reproduksi, dimana subjek ajar setelah belajar harus mengalami perubahan sikap, berpikir dan berperilaku.
o   Proses penguatan, dimana subjek belajar telah belajar dengan baik maka harus diberikan penguatan. Misalnya, karyawan yang mengikuti pelatihan, setelah selesai pelatihan dan kinerjanya menjadi lebih baik maka ia harus mendapatkan imbalan yang sesuai.
2.      Memahami perilaku manusia
Thoha (2009) menjelaskan perbedaan perilaku manusia beberapa aspek mendasar sebagai berikut :
a.       Manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak sama.
Berbagai pendapat menjelaskan penyebab perbedaan ini seperti ada yang beranggapan karena ditakdirkan tidak sama kemampuannya. Ada juga yang mengatakan karena perbedaan dalam kemampuan menyerap informasi dari suatu gejala, ada yang beranggapan karena kombinasi diantara keduanya. Oleh karenanya kecerdasan menjadi perwujudan dari kemampuan seseorang. Terbentuknya kecerdasan juga dijelaskan beragam ada yang mengatakan kecerdasan merupakan pembawaan sejak lahir. Ada yang mengatakan karena pendidikan dan pengalaman. Karena adanya perbedaan perilaku kemampuan ini maka dapat memberikan prediksi pelaksanaan dan hasil kerja seseorang yang bekerja didalam suatu organisasi. Kalau kita berhasil memahami sifat-sifat manusia dari sudut ini, maka akan paham pula mengapa seseorang berperilaku yang berbeda dengan yang lain didalam melaksanakan suatu pekerjaan yang sama.
b.      Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda
Perilaku umumnya didorong oleh serangkaian kebutuhan. Sabagaimana teori kebutuhan dari Abraham Maslow yang menjelaskan 5 tingkatan yang menjadi kebutuhan manusia. Ketika satu tingkat kebutuhan telah terpenuhi, maka akan beranjak untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat selanjutnya atau berganti dengan kebutuhan yang lain. Pemahaman terhadap perbedaan dalam kebutuhan ini sangat diperlukan karena dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku yang berorientasi tujuan didalam kerja sama organisasi, serta membantu memahami mengapa suatu hasil dianggap penting bagi seseotang yang juga masih berkaitan dengan konsep motivasi.


a.       Orang berpikir tentang masa depan, dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak
Teori ini berdasarkan proposisi yang sederhana yakni bahwa seseorang memilih berperilaku sedemikiannya karena ia yakin dapat mengarahkan untuk mendapatkan suatu hasil, misalnya mendapatkan hadiah, upah, dikenal oleh atasan yang menarik baginya karena sesuai dengan tuntutan kebutuhannya. Dengan model ini dapat dipahami bahwa kekuatan yang mendorong seseorang untuk berperilaku dalam suatu cara tertentu akan menjadi besar manakala individu tersebut :
·         Percaya bahwa pelaksanaan kerja suatu tingkat yang diinginkan itu memungkinkan tingginya expancy / perluasan
·         Percaya bahwa perilakunya akan memimpin ke arah pencapaian suatu hasil (terdapat expancy yang tinggi)
·         Dan apabila hasil-hasil tersebut mempunyai nilai yang positif (mempunyai daya tarik yang tinggi)
Sehingga dapat dijelaskan bahwa individu akan memilih perilaku yang memberikan dorongan motivasi besar. Model expancy ini tidak bisa digunakan untuk meramalkan bahwa seseorang akan selalu berperilaku dengan cara yang terbaik agar tercapai tujuan yang diinginkan. Model ini hanya membuat asumsi bahwa seseorang membuat keputusan yang rasional itu berdasarkan pada persepsinya terhadap lingkungannya.
o   Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya.
Memahami lingkungan adalah suatu proses aktif dimana seseorang mencoba membuat lingkungannya itu mempunyai arti baginya. Proses aktif ini melibatkan seorang individu mengakui secara selektif aspek-aspek yang berbeda dari lingkungan, menilai apa yang dilihatnya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu, dan mengevaluasi apa yang dialami itu dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilainya. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan dan pengalaman seseorang itu seringkali berbeda sifatnya, maka persepsinya terhadap lingkungan juga akan berbeda. Suatu contoh , orang-orang yang berada dalam organisasi yang sama seringkali mempunyai perbedaan didalam pengharapan(expextacy) mengenai suatu jenis perilaku yang membuahkan suatu penghargaan, misalnya naiknya gaji dan cepatnya promosi.
o   Seseorang mempunyai reaksi senang atau tidak senang.
o   Banyak faktor yang menentukan sikap dan perilaku seseorang.
3.      Kinerja individu
a.       Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh effort (usaha), ability (kemampuan) dan situasi lingkungan.
o   Effort
Usaha individu yang diwujudkan dalam bentuk motivasi. Motivasi adalah kekuatan yang dimiliki seseorang dan kekuatan tersebut akan melahirkan intensitas dan ketekunan yang dilakukan secara sukarela. Motivasi ada 2 macam, yaitu :
·         Motivasi dari dalam
Keinginan yang besar yang muncul dari dalam diri individu tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan dalam hidupnya.
·         Motivasi dari luar
Motivasi yang bersumber dari luar diri yang menjadi kekuatan bagi individu tersebut untuk meraih cita/tujuan-tujuan hidupnya seperti pengaruh atasan, teman, keluarga dan lain sebagainya.
o   Ability
Ability seorang individu diwujudkan dalam bentuk kompetensi. Individu yang kompeten memiliki pengetahuan dan keahlian. Sejak dilahirkan setiap individu dianugerahi Tuhan dengan bakat dan kemampuan. Bakat adalah kecerdasan alami yang bersifat bawaan, kemampuan adalah kecerdasan individu yang diperoleh malalui belajar.
b.      Situasi lingkungan
Lingkungan dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Situasi yang kondusif misalnya dukungan dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang memadai, dan lain-lain. Situasi lingkungan yang negatif misalnya suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan dari atasan, teman kerja dan lain-lain.
4.      Langkah modifikasi perilaku
Perilaku individu dapat dimodifikasi kearah yang lebih baik sehingga mengarah pada penciptaan tujuan yang efektif dan efisien. Adapaun langkah modifikasi yang bisa dikembangkan adalah sebagai berikut :
o   Antecendents apa yang melatarbelakangi perilaku individu ?
o   Behavior apa yang individu lakukan atau katakan ?
o   Consequences apa yang dapat menjadi siklus perilaku individu. Jika tahap ketiga yaitu konsekuensi telah dilakukan, maka tindakan tersebut bisa menjadi pemicu tahapan perilaku untuk siklus kedua.

D.    KESIMPULAN
Dalam mengelola organisasi seorang pemimpin atau manager harus memahami perilaku individu sebagai landasan untuk mengelola orang-orang yang ada didalamnya. Harus dapat mengetahui dan memahami setiap aspek yang ada dalam perilaku individu, supaya dapat bekerja sama dengan baik tanpa ada merugikan bahkan saling menjatuhkan karena perbedaan status kedudukan dalam organisasi.
Masalah perilaku individu maupun kelompok merupakan salah satu masalah yang sangat rumit yang selalu dihadapi oleh semua manager diberbagai organisasi, oleh karena itu perlu sekali mempelajari dan memahami agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar