Senin, 03 Oktober 2016

Audit 2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aset Tetap
Menurut PSAK No.16, Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.
Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi (non-refundable), dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara Iangsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan; setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian.
Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
  1. Biaya persiapan tempat.
  2. Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar-muat (handling costs)
  3. Biaya pemasangan (installation costs)
  4. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.
Aktiva tetap disajikan berdasarkan nilai perolehan aktiva tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama selisih penilaian kembali aktiva tetap.
Aktiva tetap meliputi aktiva yang tidak dapat disusutkan (non depreciable) dan aktiva yang dapat disusutkan (depreciable) mencakup tanah, bangunan, mesin serta peralatan lainnya, ataupun sumber-sumber alam.
Aktiva tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan."
Sedangkan untuk pengakuannya, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 tentang Pengakuan Aktiva Tetap dan Aktiva Lain- Lain, menyatakan suatu barang modal untuk diakui sebagai aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap maka harus dipenuhi syarat berikut:
a. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan. Dalam menentukan suatu pos memenuhi kriteria pertama untuk pengakuan, suatu perusahaan harus menilai tingkat kepastian aliran manfaat keekonomian masa yang akan datang berdasarkan bukti yang tersedia pada waktu pengakuan awal. Adanya kepastian yang cukup bahwa manfaat keekonomian masa yang akan dating akan mengalir ke perusahaan membutuhkan suatu kepastian bahwa perusahaan akan menerima imbalan dan menerima resiko terkait. Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika resiko dan imbalan telah diterima perusahaan. Sebelum hal ini terjadi, transaksi untuk memperoleh aktiva biasanya dapat dibatalkan tanpa sanksi yang signifikan, dan karenanya aktiva tidak diakui.
b. Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal. Kriteria kedua untuk pengakuan biasanya dapat dipenuhi langsung karena transaksi pertukaran mempunyai bukti pembiayaan aktiva yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aktiva dikontruksi sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat dibuat dari transaksi dengan pihak eksternal dan perusahaan untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan input lain yang digunakan dalam proses kontruksi.
c. Aktiva yang digunakan dalam operasi/kegiatan utama perusahaan dan tidak untuk dijual.
d. Memiliki umur ekonomi yang panjang, biasanya lebih dari satu tahun dan disusutkan nilainya
e. Memiliki bentuk fisik yang aktual.

2.2 Kelompok Aktiva Tetap
Fixed assets atau aktiva tetap bisa dibedakan menjadi
a. Fixed tangible assets
Aktiva tetap yang mempunyai wujud/bentuk, bisa dilihat, bisa diraba.
b. Fixed intangibleassets
Aktiva tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk, sehingga tidak bisa dilihat dan tidak bisa diraba.

2.3 Penyusutan Aktiva Tetap
Menurut Suandy (2008) penyusutan adalah : “Alokasi sistematis suatu nilai asset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang dapat diestimasi.” Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaanya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode
Metode Perhitungan Penyusutan
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan sebagai berikut:
a.       Metode aktivitas (Activity Method)
b.      Metode Garis Lurus (Straight Line Method
c.       Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method
d.      Metode Penyusutan Khusus 

2.4 Transaksi Pembiayaan Aktiva Tetap
1)      Secara Tunai
Pembiayaan secara tunai berarti perusahaan harus menyiapkan dan mengeluarkan dana tunai sebesar harga aktiva tetap yang baru. Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembiayaan tunai dicatat dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap tersebut. Perusahaan harus sanggup menyediakan uang tunai sebesar harga aktiva tetap dan menyetorkan kepada pihak supplier. Setelah bukti pembayaran telah diterima, supplier akan mengirimkan aktiva tersebut kepada perusahaan yang membeli dengan biaya-biaya yang telah disepakati dalam perjanjian jual beli barang.

2)      Secara Kredit Bank
Pengertian Kredit Bank
Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere”, yang artinya percaya. Menurut Hasibuan (2001:87), “Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”.
Jenis Kredit Bank Berdasarkan Jangka Waktu
Menurut Home (1992), ada dua pembedaan jangka waktu kredit, yaitu:
a.       Kredit jangka pendek merupakan kredit yang berjangka waktu selama-lamanya satu tahun.
b.      Kredit jangka panjang merupakan kredit yang berjangka waktu lebih dari satu tahun. Keuntungan utama dari pinjaman jangka panjang adalah fleksibilitasnya. Debitur berurusan langsung dengan yang meminjamkan, dan pinjaman dapat disesuaikan terhadap kebutuhan peminjam melalui negosiasi langsung
Transaksi Pembiayaan Aktiva Tetap Melalui Sewa Guna Usaha (leasing)
Definisi Sewa Guna Usaha (leasing)
 Definisi sewa guna usaha (leasing), menurut The International Accounting Standart (IAS 17) Triandaru, Sigit 2006 : “Suatu perjanjian dimana pemilik asset atau perusahaan sewa guna usaha (lessor) menyediakan barang atau asset dengan hak penggunaan kepada penyewa guna usaha (lessee) dengan imbalan pembayaran sewa untuk suatu jangka waktu tertentu.”
Jenis Sewa Guna Usaha (leasing)
Menurut Suandy (2008), sewa guna usaha (leasing) dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
a.          Sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi (financelease/capital lease) adalah sewa guna usaha (leasing) di mana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha (leasing) berdasarkan nilai sisa yang disepakati.
b.         Sewa guna usaha (leasing) tanpa hak opsi (operating lease) adalah sewa guna usaha (leasing) di mana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha (leasing) tersebut.

Perbandingan Biaya yang dapat Dikurangkan dari Alternatif Pembiayaan
Tunai, Kredit Bank, dan Sewa Guna Usaha (leasing)
Ketiga alternatif pembiayaan aktiva tetap diatas memiliki perbedaan tingkat suku bunga dan juga perbedaan dalam perlakuan disektor pajakannya. Adapun beberapa perbedaan perlakuan biaya dalam sektor pajak antara ketiga alternatif pembiayaan tersebut, yaitu :
a.         Pembiayaan aktiva tetap secara tunai. Biaya yang dapat dibebankan dalam laporan keuangan fiskal perusahaan adalah biaya penyusutan aktiva tetap, sesuai dengan metode dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan yang berlaku, sedangkan biaya-biaya yang berkenaan dengan perolehan aktiva tetap tersebut tidak boleh dibiayakan dalam laporan keuangan fiskal perusahaan.
b.      Pembiayaan aktiva tetap dengan cara sewa guna usaha (leasing). Semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar sewa guna usaha (leasing) dapat dibiayakan pada laporan keuangan fiskal pada tahun yang bersangkutan, sedangkan untuk biaya penyusutannya, belum boleh diakui oleh pihak lessee (perusahaan) selama masa sewa guna usaha (leasing), biaya penyusutan boleh diakui jika aktiva telah diambil alih oleh lessee (perusahaan) dengan membayar nilai hak opsi sebesar nilai perolehan aktiva (besar nilai opsi telah ditentukan perusahaan sewa guna usaha (leasing)) sesuai dengan metode dan umur aktiva.
c.       Pembiayaan aktiva tetap dengan kredit bank. Biaya yang boleh dikurangkan dalam laporan keuangan fiskal adalah beban bunga atas kredit bank tersebut serta biaya penyusutan aktiva tetap, sesuai dengan metode dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan yang berlaku.
Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap
Efraim (2012:234), mengatakan ada beberapa transaksi yang menghentikan pemakaian aset tetap, yaitu:
a.       Penjualan Aset Tetap. Jika penggunaan aset tetap tertentu dihentikan, rekening-rekening yang bersangkutan dengan aset tetap tersebut harus dihapuskan. Jika penghentian disebabkan transaksi penjualan, selisih antara harga jual dengan nilai buku aset tetap yang tersisa harus diakui sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih kecil dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul keuntungan. Sebaliknya jika nilai buku aset lebih besar dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul kerugian.
b.      Berakhirnya Masa Manfaat Aset Tetap Apabila aset tetap dihentikan karena berakhirnya masa manfaatnya, semua akun yang berkaitan dengan aset tetap tersebut harus dihapus. Dalam transaksi ini, saat aset tetap dihentikan masa pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus diakui sebagai rugi penghentian aset tetap.
c.       Pertukaran Dengan Aset Lain Harga pertukaran aset tetap yang didapat melalui pertukaran dengan surat berharga diukur dengan jumlah uang yang dapat direalisasikan apabila surat berharga tersebut dijual. Jika harga pasar surat-surat berharga tidak dapat ditentukan , harga pasar aset tetap yang diperoleh menjadi dasar pencatatan aset yang bersangkutan. Jika harga pasar kedua aset tersebut tidak ada maka aset tetap tersebut harus ditaksir oleh pihak yang independen, misalnya oleh penilai (appraiser).

2.5 Audit Objective (Tujuan Pemeriksaan) Aktiva Tetap
Dalam satu general audit (pemeriksa umum), pemeriksaan atas aktiva tetap mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
1.      Memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva tetap.
2.      Untuk memeriksa apakah aktiva tetap yang tercantum di neraca betul-betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.
3.      Untuk memeriksa apakah penambahan aktiva tetap dalam tahun berjalan (periode yang diperiksa) betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure, diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar.
4.      Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aktiva tetap sudah dicatat dengan benar di buku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
5.      Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah perhitungannya telah dilakukan dengan benar (secara akurat).
6.      Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
7.      untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang disewakan, jika ada apakah pendapatan sewa sudah diterima perusahaan.
8.      untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang mengalami penurunan nilai (imperment).
9.      untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan, sesuai  dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
Teknik Audit Aktiva Tetap
Agar audit dapat dilakukan dengan tepat , dan memberikan hasil yang tidak berisiko maka auditor akan melakukan tahapan sebagai berikut yaitu ;
1.      Penentuan Risiko Pendeteksian (Materialitas, Risiko Audit, dan Strategi Audit)
Dalam penentuan risiko, auditor harus menanyakan kepada klien seberapa banyak volume transaksi yang terjadi dalam aktiva tetap untuk satu periode. Kemudian juga harus menyelidiki kemungkinan adanya pembelian dan pengeluaran kas yang tidak di otorisasi., Kemungkinan adanya pembelian aktiva yang tidak memadai, dan kemungkinan adanya penentuan biaya periodik yang dilakukan oleh bagian akuntansi yang tidak mempertimbangkan aspek konsistensi
2.   Pemahaman Terhadap struktur pengendalian intern.
Dalam pemahaman terhadap struktur pengendalian intern diperlukan pengetahuan tentang :
a. Lingkungan pengendalian
1)         Pahami struktur organisasi klien yang berkaitan dengan siklus pengeluaran dan pembelian .
2)         Adakah metode pengendalian manajemen yang diterapkan dalam siklus pengeluaran.
b. Sistem Akuntansi
Pelajari proses akuntansi klien yang akan diperiksa, Bagaimana pengolahan datanya, Apa saja dokumen-dokumen yang digunakan klien, dan apa saja Catatan Akuntansi yang dibuat oleh klien, (Minta Flow Cartnya kepada klien)
c. Prosedur Pengendalian
Auditor perlu memahami dan mengetahui ada atau tidak hal-hal seperti :
1)         Otorisasi yang memadai
2)         Pemisahan wewenang dan tanggung jawab
3)         Praktek yang sehat (pengendaliannya apa saja )
4)         Internal auditor
3. Pengendalian Intern secara Umum terhadap transaksi pembelian Aktiva Tetap.
Dalam pengendalian intern untuk aktiva tetap terdapat dokumen-dokumen kunci dan catatan akuntansi yang biasa dapat dibuat oleh perusahaan. Dibawah ini adalah dokumen-dokumen kunci dan catatan akuntansi yang seharusnya (idialnya) dibuat oleh perusahaan.



a)      Dokumen-dokumen kunci dan catatan akuntansi :

· Permintaan pembelian (purchase requisition)
· Perintah Pembelian (Purchase order)
· Laporan Penerimaan Barang (Receiving report)
· Faktur penjualan ( vendor invoice)
· Surat perintah pembayaran (voucher)
· Ringkasan surat perintah pembayaran (voucher summary)
· Bukti kas keluar

· Daftar voucher (voucher register)
· Cek (chek)
· Buku tambahan hutang dagang (accounts payable subsidiary ledger)
· Arsip perintah pembelian yang belum terealisasi (open purchase file)
· Laporan rekanan penjual (vendor’s statement)
· Arsip voucher pembelian yang disetujui (purchase transaction file)
· Memo debit , dll

b)         Organisasi yang terkait.
Sistem yang baik adalah system yang dalam setiap pekerjaan dilakukan oleh masing-masing fungsi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab kepada atasan fungsi lainnya. Sebagai contoh dalam system pembelian aktiva tetap maka fungsi-fungsi yang biasanya terkait adalah :
1)   Bagian gudang à fungsi penyimpanan barang. ( surat permintaan barang)
2)   Bagian pembelian à fungsi pembelian . (surat permintaan penawaran harga, surat order pembelian)
3)   Bagian penerimaan à fungsi penerimaan barang. (laporan penerimaan barang)
4)   Bagian Utang à fungsi pencatat utang (bukti kas keluar)
5)   Bagian Kas à fungsi pengeluaran kas
6)   Bagian pengiriman à fungsi pengiriman barang .(laporan pengiriman barang )
7)   Bagian Jurnal, Buku Besar , dan Laporan , Bagian kartu persediaan, dan Kartu biaya. à fungsi Akuntansi (Jurnal Umum, kartu persediaan)
Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap
Prosedur audit pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap
1.    Prosedur audit awal. Lakukan perosedur audit awal atas saldo akun aktiva tetap yang akan di uji lebih lanjut.
a.    Usut saldo aktiva tetap yang tecantum di dalam neraca ke saldo akun aktiva tetap bersangkutan di buku besar.
b.    Terhitung kembali saldo aktiva tetap di buku besar
c.    Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam aktiva tetap serta hitung akumulasi penyusutan aktiva tetap tersebut.
d.   Usut saldo akun aktiva tetap ke kertas kerja tahun lalu
e.    Usut posting pendebetan dan pengkreditan ke dalam jurnal yang bersangkutan
f.     Lakukan rekonsiliasi akun kontrol terhadap aktiva tetap dalam buku besar ke buku pembantu aktiva tetap
2.    Prosedur analitikAntara lain:
a.    Hitung rasio:
1)   Tingkat perputaran aktiva tetap
2)   Laba bersih dengan aktiva tetap
3)   Aktiva tetap ke modal saham
4)   Biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva tetap
b.    Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan dari dasarkan pada data masa lalu baik data anggaran maupun data realisasi
3.    Prosedur pengujian terhadap transaksi rinci
a.    Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut
b.    Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut
c.    Lakukan pemeriksaan pisah batas (cut off) transaksi aktiva tetap
d.   Lakukan review terhadap akun biasa maintanance maupun biaya reparasi

4.    Prosedur pengujian terhadap saldo akun rinci
a.          Lakukan inspeksi atau peninjauan terjadap aktiva tetap
1)
 Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap
2)  Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadinya perbedaan
3) Periksan dokumen yang mendukung pembayaran dan pembelian aktiva tetap setelah tanggal neraca
b.         Periksa bukti hak kepemilikan aktiva tetap dan kontrak yang mendukung penggunaan aktiva tetap tersebut
c.         Lakukan review terhadap penyusutan aktiva tetap

Perbedaan pengujian substantif terhadap aktiva tetap dan aktiva lancar
Karena frekuensi transaksi sangat sedikit maka pengujian substantif aktiva tetap relatif lebih singkat dari waktu yang diperlukan untuk pengujian substantif terhadap aktiva lancar. Karena pengaruh cutoff(pisah batas) sedikit pada perhitungan laba rugi maka auditor tidak mengarahkan perhatiannya pada ketelitian cutoff (pisah batas) transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap pada akhir tahun tetapi memusatkan perhatiannya pada ketepatan cutoff (pisah batas) transaksi aktiva lancar. Menitikberatkan pada verifikasi mutasi aktiva tetap. Sedangkan pada aktiva lancar menitikberatkan pada saldo per tanggal neraca.
Untuk First Audit (audit pertama kali) bisa dibedakan sebagai berikut :
1.          Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah diaudit oleh kantor akuntan lain, saldo awal saldo aset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja pemeriksaan akuntan tersebut.
2.          Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah diaudit, akuntan publik harus memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap sejak awal berdirinya perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk penambahan dan pengurangan aset tetap, serta metode dan perhitungan penyusutan aset tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Tentu saja pemeriksaan mutasi tahun-tahun sebelumnya dilakukan secara test basis dengan mengutamakan jumlah material.

JENIS TRANSAKSI
Jenis transaksi aset tetap yang mungkin terjadi antara lain :
a. Perolehan aset tetap secara tunai atau dengan alat nonomoneter lainnya
b. Penghapusan aset tetap melalui penjualan, pertukaran, pemberhentian, pemakaian atau pembuangan
c. Penyusutan aset tetap selama umur ekonomisnya
d. Penyewaan aset tetap

TUJUAN AUDIT ASET TETAP
a)      Memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas aset tetap.
b)      Memeriksa apakah aset tetap yang tercantum di neraca betul-betul ada, masih digunakan dan milik perusahaan.
c)      Memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun berjalan betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure, diotorisasi oleh pejabat yang berwenang, didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar.
d)     Memeriksa apakah disposal dari aset tetap sudah dicatat dengan benar dan telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
e)      Disposal aset tetap dapat terjadi dalam bentuk penjualan yang akan menimbulkan laba/rugi penjualan aset tetap, tukar tambah atau penghapusan aset tetap yang dapat menimbulkan kerugian, jika aset tetap tersebut masih mempunyai nilai buku.
f)       Memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam periode yang di audit dilakukan sesuai dengan ketentuan SAK, dan apakah perhitungannya sudah benar.
g)      Memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
h)      Memeriksa apakah penyajian aset tetap dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut PSAK No.16, Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.
Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi (non-refundable), dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara Iangsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan; setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian. 
Aktiva tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan."






DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2014. Auditing : Edisi 6. Buku 2. Jakarta : Salemba Empat

1 komentar: