Senin, 03 Oktober 2016

Manajemen Keuangan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Kas
2.1.1 Pengertian Kas
Sebelum membahas berbagai hal tentang manajemen kas, ada baiknya dibahas pengertian kas itu sendiri. Ada banyak sekali pengertian tentang kas, baik dari sisi perundang-undangan maupun dari sisi teori/konsep ekonomi.
a.       Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara
Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara. Dengan demikian kas dalam pengertian undang-undang ini semua uang negara yang bersumber dari seluruh penerimaan negara dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran negara.
b.      Menurut Standar Akuntansi Pemerintah
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat.
c.       Menurut Standar Akuntansi Keuangan
Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang paling likuid (paling lancar), yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Kas yang dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari (dalam bentukmodal kerja) maupun pembelian aktiva tetap, memiliki sifat kontinyu (untuk pembelian bahan baku, membayar upah dangaji, membayar supplies kantor habis pakai, dll) dan tidak kontinyu. (untuk pembayaran deviden, pajak, angsuran hutang, dsb).
Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi li­kuiditasnya.
Kas dapat berupa uang kontan yang disimpan di perusahaan, rekening­ rekening giro atau rekening lainnya yang dapat dicairkan pada saat dibutuhkan. Kas mempunyai sifat volume fisik kecil, nilainya tetap sebesar nilai nominalnya, tidak adanya identifikasi kepemilikan, dan sangat mudah untuk dipindah tangankan. Kas dalam kegiatan operasional diperlukan untuk:
a.         Membelanjai seluruh kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.
b.         Mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.
c.         Membayar dividen, pajak, bunga dan pembayaran lain-lain.
Faktor-faktor yang mempngaruhi besarnya kas minimal (safety cash balance) :
1.      Perimbangan antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar jika ada perimbangan  antara cash outflow dan cashinflow (keseimbangan antara syarat pembelian dan syarat penjualan ) baik kuantitas maupun timing maka tidak perlu mempunyai persediaan kas yang besar.
2.      Penyeimbangan terhadap aliran kas yang diperkirakan hubungan yang baik dengan bank-bank.
2.1.2 Persediaan Kas Minimal
Jumlah uang kas minimal yang harus ada di perusahaan berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya, hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya dan kemampuan perusahaan.
Di samping itu kas minimal juga tergantung pada prediksi atau estimasi besarnya aliran kas masuk dan kas keluar beserta penyimpangannya.
Aliran Kas Masuk : Proses aliran kas yang terjadi di perusahaan adalah terus-menerus sepanjang hidup perusahaan yang bersangkutan terdiri dari aliran kas masuk (cash flow) dan aliran kas keluar (cash outflow). Aliran kas masuk terdiri dari :
a)      Hasil penjualan produk / jasa perusahaan secara tunai.
b)      Penagihan piutang dari penjualan kredit.
c)      Penjualan aktiva tetap yang ada.
d)     Penanaman investasi dari pemilik atau pemilik saham bila perseroan terbatas.
e)      Pinjaman / utang dari pihak lain.
f)       Penerimaan sewa dan pendapatan lain-lain.
Dan sejumlah aliran kas masuk tersebut mempunyai sifat terus-menerus sepanjang waktu dan aliran kas pada saat-saat tertentu saja (insidental). Faktor yang mempengaruhi penerimaan kas:
a.       Budget penjualan.
b.      Keadaan dan posisi pesaing.
c.       Syarat pembayaran tunai maupun kredit.
d.      Kebijaksanaan dalam penagihan piutang.
e.       Budget perubahan aktiva tetap.
f.       Rencana penerimaan nonoperating.
g.      Kebijaksanaan penjualan surat-surat berharga.
Aliran Kas Keluar terdiri dari:
a)      Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain (overhead).
b)      Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan.
c)      Untuk pembelian aktiva tetap
d)     Pembayaran kembali utang-utang perusahaan.
e)      Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan.
f)       Pembayaran sewa, pajak, dividen, bunga dan pengeluaran lain-lain,
Sifat dari aliran kas keluar ini juga terus-menerus dan ada pula yang hanya saat-saat tertentu atau insidentil. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran kas.
a.       Budget biaya bahan baku.
b.      Budget biaya tenaga kerja langsung.
c.       Budget biaya pabrik lain-lain (overhead).
d.      Budget biaya administrasi umum dan administrasi penjualan.
e.       Budget penambahan aktiva tetap.
f.       Budget pengeluaran nonoperating.
Estimasi aliran kas keluar perlu mempertimbangkan adanya biaya yang keluar secara tunai dan biaya yang tidak tunai. Dalam perencanaan kas, biaya yang tidak tunai seperti penyusutan tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah kas minimal perusahaan. Hubungan baik dengan pihak perbankan, suplier dan perantara juga mempengaruhi besarnya persediaan kas minimal yang harus dijaga oleh perusahaan.
Perusahaan harus memiliki persediaan kas minimal yang harus ada setiap saat, atau sering disebut persediaan besi (safety cash). Persediaan minimal kas pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan persediaan minimal pada persediaan barang. Persediaan kas minimal ini bertujuan untuk menjaga agar kelangsungan operasi perusahaan tetap terjamin dan dapat memenuhi kewajiban finansial perusahaan apabila sewaktu-waktu harus dibayar. Kewajiban finansial ini dapat berupa utang lancar maupun biaya-biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel yang harus segera harus dibayar untuk kelangsungan operasi perusahaan. Ketersediaan kas dalam perusahaan merupakan hal yang mutlak.
2.1.3 Motif Memiliki Kas
Perusahaan memiliki kas pada dasarnya sesuai dengan teori “ Liquidity preference” dari J.M. Keynes yaitu menguasai atau memiliki uang berbentuk tunai ada tiga motif atau tiga tujuan, antara lain :
1.      Motif Bertransaksi (Transactions Motive)
Motif ini melihat kas secara sempit yaitu sebagai media untuk pertukaran dalam rangka membiaya transaksi normal yang terjadi seperti pembayaran kepada pemasok dan pembayaran gaji. Besarnya tingkat saldo transaksi tergantung pada besar kecilnya organisasi dan periode waktu kas masuk dan kas keluar. Organisasi yang besar pada umumnya cenderung melakukan banyak transaksi. Jika arus kas masuk dan keluar dapat disinkronisasi maka saldo kas dapat diminimalisasi.
2.      Motif Berjaga-Jaga (Precautionary Motive)
Motif ini fokus pada kemampuan kas untuk menunjang daya beli pada saat timbul kejadian yang tidak diharapkan atau peluang yang tidak diperkirakan sebelumnya. Saldo untuk pencegahan berfungsi sebagai cadangan pada saat ketidakpastian meningkat sebagai akibat perubahan industri, ekonomi, dan dunia. Saldo untuk keperluan darurat ini umumnya disediakan dengan menggunakan portofolio dari pasar uang dan pasar modal. Kriteria kunci dari penggunaan metode ini adalah tingkat keamanan yang tinggi, likuiditas, dan kemudahan untuk mencairkan surat berharga menjadi kas.
3.      Motif Spekulasi (Speculative Motive)
Motif ini timbul seiring dengan keinginan manajemen untuk memiliki sejumlah kas yang dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang timbul secara tidak terduga. Manajemen harus mempunyai prediksi bahwa saldo kas tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dari operasi normal organisasi. Pada umumnya, organisasi-organisasi tidak menyimpan kas untuk tujuan spekulasi.

2.2.4 Manajemen Kas
            Didefinisikan sebagai pengoptimasian penggunaan kas sebagai aktiva. Hal ini berarti tidak boleh terjadi kegagalan pemakaian kas, dan pengawasan terhadap posisi kas.
1.      Pengendalian Penerimaan Kas
Prosedur dan pengawasan dalam penerimaan kas perlu dirancang sedimikian rupa sehingga kemungkinan tidak tercatat dan tidak diterimanya uang yang seharusnya diterima dapat dikurangi menjadi sekecil mungkin. Prosedur dan pengawasan dalam penerimaan kas perlu memperhatikan beberapa hal berikut :
a.         Terdapat pemisahan tugas antara yang menyimpan, mencatat, daan yang menerima uang. Untuk perusahaan kecil pemisahan tugas seperti demikian tidak dapat dilakukan, maka penggabungan antara ketiga tugas tadi hanya dapat dilakukan oleh pemilik perusahaan
b.         Setiap penerimaan uang langsung disetorkan ke Bank sebagaimana adanya. Untuk pembayaran piutang maupun pembayaran dalam jumlah besar dari pelanggan bisa juga dengan cara pelanggan tersebut langsung mentransfer pembayaran itu ke Bank.
c.         Setiap penerimaan kas dibuatkan bukti penerimaan kas atau bukti kas masuk. Bukti transaksi tersebut hendaklah perlu juga dilengkapi dengan lampiran-lampiran untuk menguatkan adanya bukti transaksi tersebut. Dan setelah itu dari bukti transaksi tersebut akan di catat pada jurnal penerimaan kas.
d.        Menggunakan penomoran dokumen transaksi untuk mencegah transaksi dicatat lebih dari sekali
e.         Mengadakan pemeriksaan kas secara fisik
f.          Menetapkan laporan kas setiap hari. Laporan mengenai setiap pengeluaran dan penerimaan kas.
2.      Pengendalian Pengeluaran Kas
Seperti halnya dengan penerimaan kas, pengeluaran kas juga memerlukan prosedur dan pengawasan yang baiik sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.       Semua pengeluaran uang yang relatif besar dialakukan dengan menggunakan check sedangkan untuk pengeluaran-pengeluaran yang relatif kecil dilakukan dengan menggunakan kas kecil.
b.      Mengadakan pemisahan tugas antara yang berhak menyetujui pengeluaran kas, yang menyimpan uang kas, dan yang mencatat pengeluaran kas
c.       Melakukan pemeriksaan Intern dalam waktu yang tidak tentu
d.      Setiap pengeluaran kas dibuatkan bukti pengeluaran kas atau kas masuk serta dilengkapi dengan lampiran-lampiran. Setelah itu bukti transaksi akan dicatat dalam jurnal pengeluaran kas.
3.      Melakukan Rekonsiliasi Bank
Setiap bulan biasanya perusahaan akan menerima rekening koran dari Bank, rekening koran tersebut digunakan untuk mencocokkan saldo kas yang ada di Bank tersebut dengan saldo kas yang ada di perusahaan. Terkadang saldo antara Bank dan perusahaan tidak sama, itu terjadi karena ada kemungkinan ketika perusahaan menyetor uang ketika akhir bulan masih belum dicatat oleh Bank tapi telah dicatat oleh perusahaan, begitu juga ketika perusahaan melakukan pembayaran melalui tansfer Bank, oleh Bank telah dicatat tetapi oleh perusahaan belum dicatat. Itu semua dapat membuat saldo kas perusahaan dengan saldo kas Bank tidak sama
4.      Perencanaan Arus Kas (Cash Flow Planning)
Memiliki uang kas yang relatif sedikit dalam perusahaan dapat membahayakan sebab ada kemungkinan tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah jatuh tempo. Namun, mempunyai uang kas yang terlalu banyak juga tidak baik. Uang kas yang terlalu banyak akan menganggur dan tidak akan menghasilkan apa-apa, oleh karena itu manajemen perusahaan perlu melakukan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas. Termasuk didalamnya merencanakan sumber-sumber penerimaan yang bisa diperoleh jika suatu saat mengalami kekurangan kas dan merencanakan pemanfaatanntya apabila mengalami kelebihan.
Perencanaan arus kas dapat dilakukan dengan membuat anggaran kas (cash budget) unutk periode-periode tertentu. Misalnya satu tahun, enam bulan, tiga bulan, atau satu bulan di masa mendatang. Anggaran kas dapat digunakan sebagai alat pengendalian penerimaan dan pengeluaran kas. Pada kala tertentu anggaran kas dibandingkan dengan realisasinya. Apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mencolok, manajemen perusahaan segera dapat melakukan tindakan perbaikan.
Pengelolaan Kas yang Efisien
Strategi dasar yang harus digunakan oleh perusahaan dalam mengelola kasnya adalah sebagai berikut :
a.      Membayar utang dagang selambat mungkin asal jangan sampai mengurangi kepercayaan pihak supplier kepada perusahaan, tetapi memanfaatkan setiap potongan tunai (cash discount) yang menguntungkan bagi perusahaan.
b.      Mengatur perputaran persediaan secepat mungkin tetapi hindarilah risiko kehabisan persediaan yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan pada masa – masa selanjutnya (konsumen kehilangan kepercayaan kepada perusahaan).
c.      Mengumpulkan piutang secepat mungkin tetapi jangan sampai mengakibatkan kemungkinan menurunnya volume penjualan pada masa yang akan datang karena ketatnya kebijaksanaan dalam penjualan kredit dan pengumpulan piutang.
Penerapan strategi – strategi utang dagang, persediaan, dan piutang yang sudah diuraikan diatas memungkinkan perusahaan bekerja secara lebih efisien, khususnya dalam penggunaan kas. Sekalipun demikian, penerapan strategi – strategi tersebut haruslah dilakukan secara hati – hati dan penuh perhitungan karena kesalahan dalam penerapannya akan menimbulkan akibat negatif yang cukup mendalam bagi perusahaan. Penundaan pembayaran utang dagang jangan sampai mengurangi kepercayaan pihak sipplier, percepatan perputaran persediaan jangan sampai menimbulkan risiko kehabisan bahan atau kehabisan persediaan, dan kebijaksanaan kredit yang cukup ketat jangan sampai mengakibatkan menurunnya volume penjualan.
Tujuan manajemen kas :
1.      Likuiditas
Merupakan manajemen harus secara sadar menjaga likuiditas dan jumlah kas yang harus ada dalam perusahaan.
2.      Earning
Merupakan tiap pengeluaran perusahaan harus diarahkan untuk mendapatkan kemungkinan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan kas yang dikeluarkan. Selain itu manajemen harus menjamin pembayaran dilakukan secara ekonomis
Transaksi yang tidak mempengaruhi kas
·      Pembebanan depresiasi, amortisasi, dan deplesi terhadap aktiva tetap,intangible assets
·      Pengakuan adanya kerugian piutang.
·      Pengakuan penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki.
·      Penghentian aktiva tetap
·      Pembayaran stock dividen (pembayaran dividen dalam bentuk saham).
·      Adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba.
·      Adanya penilaian kembali aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Mempercepat pemasukkan kas dapat dilakukan dengan cara:
·      Penjualan kas
·      Potongan kas(Cash Discount)
·      Desentralisasi pusat penerimaan pembayaran
·      Lock-Box System
Memperlambat pengeluaran kas
·           Pembelian dengan kredit
·           Memanfaatkan Float
·           Menggunakan Draft/ Kas Bon
·           Pembayaran secara sentral
·           Cek dibayar pada hari tertentu
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan kas :
·           Perimbangan antara cash inflow dan cash outflow
·           Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan
·           Adanya hubungan financial yang baik dengan bank-bank
·           Penganggaran kas

2.1.5   Saldo Kas Optimal Perusahaan
Optimalisasi kas merupakan usaha perusahaan, dimana kas yang ada di dalam perusahaan harus tetap dijaga agar jangan sampai kas tersebut mengalami kelebihan atau kekurangan dalam melakukan aktivitas perusahaan. Optimasi kas adalah bagian dari manajemen keuangan yang dilakukan oleh perusahaan, setelah memepercepat pemasukan kas dan memperlambat pengeluaran kas. Kas sangatlah penting untuk menggerakkan usaha perusahaan. Kas yang memadai merupakan target dari semua perusahaan, agar kinerja di dalamnya berjalan secara efektif dan tidak menghambat dari sektor-sektor lainnya.
Manajemen kas yang efektif meliputi pembuatan rencana yang baik untuk menjaga keseimbangan antara resiko dan profitabilitas. Kas harus disediakan dalam jumlah dan batas-batas yang telah ditentukan. Arus kas masuk dan arus kas keluar harus diupayakan seimbang, artinya tidak terjadi saldo kas yang berlebihan ataupun kekurangan.
2.1.6   Manajemen Kas Model Baumol
Model manajemen kas yang diajukan oleh Baumol ini sering disebut dengan model persediaan. Baumol mengakui ada kesamaan antara manjemen persediaan dan manajemen kas bila dilihat dari aspek keuangan. Dalam manajemen persediaan ada biaya pesan yang dibayarkan setiap melakukan pemesanan dan biaya simpan untuk menyimpan bahan yang dibeli.
Dalam manajemen kas biaya pesan berupa biaya komisi pedagang efek yang dikeluarkan untuk merubah sekuritas menjadi uang kas. Dan biaya simpan berupa hasil bunga yang hilang karena perusahaan menyimpan uang tunai yang besar. Oleh karena itu perlu ditentukan berapa surat berharga yang harus dijadikan uang tunai pada saat ketika saldo kas mendekati nol. Model Baumol mengasumsikan bahwa pemakaian kas selalu konstan setiap waktu.
Mengidentifikasikan kebutuhan kas dalam suatu persediaan mirip dengan pemakaian persediaan. Apabila perusahaan memiliki saldo kas yang tinggi, perusahaan mengalami kerugian dalambentuk kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan dana tersebut pada kesempatan investasi lain yang lebih menguntungkan , sebliknya apabila saldo kas terlalu rendah , kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan likuiditas akan makin besar , karena itu seharusnya  ada penyeimbangan.
Total biaya transaksi yang akan diminimalkan untuk memperoleh saldo kas optimal terdiri dari 2 item yaitu:
1.         Biaya simpan
Berupa biaya kesempatan (opportunity cost) yang muncul karena perusahaan memegang kas atau memegang sekuritas. Biaya kesempatan adalah  pendapatan/penghasilan bunga yang hilang (yang seharusnya dapat diperoleh) jika memegang kas.
2.         Biaya transaksi
Berupa biaya yang harus dikeluarkan perusahaan ketika menjual sekuritas. Biaya transaksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan kas.


Dalam model ini, menggunakan rumus biaya total yaitu:

TC   =    (C/2) k + (T/C) F

dengan:
TC  =  total cost (total biaya)
k     =  tingkat bunga/biaya kesempatan (opportunity cost)
T     =  jumlah kas yang dibutuhkan
F     =  biaya transaksi (fixed costs/transaction costs)
C     =  saldo kas optimal

Saldo kas optimal diperoleh ketika opportunity costs sama dengan trading costs. Sehingga rumus saldo kas optimal menurut model Boumol:

C =
 
 




Contoh:
Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap untuk mengkonversi sekuritas menjadi kas sebesar Rp 50.000,00. Jumlah kebutuhan kas untuk kegiatan perusahaan per bulan sebesar Rp 10.000.000,00. Besarnya penghasilan investasi atau tingkat bunga sebesar 20% per tahun atau 1,67% per bulan. Sehingga jumlah kas optimal yang diperlukan perusahaan adalah:

C =
C =  = Rp 7.738.233
Pengisian kas dalam satu bulan = Rp 10.000.000 / 7.738.233 = 1,3 kali
Satu siklus kas = 30 hari / 1,3 kali = 23 hari
Konsumsi kas setiap hari = Rp 7.738.233 / 23 hari = Rp 336.445,00
Rata-rata saldo kas = C/2 = Rp 7.738.233 / 2 = Rp 3.869.116,5
2.2           Konsep Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain di masa yang akan datang karena terjadinya transaksi di masa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan.
2.2.1 Perputaran Piutang
Berikut ini adalah beberapa pengertian perputaran piutang menurut beberapa ahli ekonomi diantaranya adalah :
Menurut Munawir (1995: 75) bahwa posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung perputaran piutang tersebut( receivable turn over ) yaitu dengan membagi total penjualan kredit dan piutang rata-rata.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1995: 90) piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung kepada syarat pembayaran. Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran berarti makin lama modal terikat pada piutang yang ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. Tingkat perputaran piutang (receivable turn over) dapat diketahui dengan membagi jumlah kredit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (average receivable).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perputaran piutang (receivable turn over) adalah rasio untuk mengetahui kemampuan dana yang tertanam dalam piutang yang berputar dalam satu periode tertentu dan dinyatakan dalam kali dengan asumsi bahwa penjualan kredit sama dengan jumlah kredit yang diberikan atau total kredit maka :
Perputaran Piutang :                Total kredit               
                                                     Rata-rata umur piutang
Rata-rata Pengumpulan Piutang :                360hari              
                                                                        Perputaran Piutang
Contoh :
Misalnya PT Zzz memiliki informasi mengenai penjualan tahun 2012 sebesar Rp 500 dan tahun 2013 sebesar Rp 600; piutang awal tahun 2012 Rp 125 dan akhir tahun Rp 75, sedangkan piutang awal tahun 2013 Rp 250  dan akhir tahun Rp 50. Perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dalam tabel. Perusahaan Zzz menggunakan syarat kredit yaitu n/60
Perputaran Piutang dan Rata-Rata Pengumpulan Piutang
Keterangan
Tahun 2010
Tahun 2011
Penjualan Bersih
Piutang Awal Tahun
Piutang Akhir Tahun
Rata-rata Piutang (Average Receivable)
(Rp 125 + Rp 75) / 2
(Rp 250 + Rp 50) / 2
Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
(360hari / 60 hari)
(360hari / 60 hari)
Rata-rata Pengumpulan Piutang
(Average Collection Period)
(360/ 5)
(360 / 6)
Rp  500
Rp    125
Rp    75

Rp    100


6kali



72 hari
Rp  600
Rp    250
Rp    50

Rp    150


   6 kali



60 hari

Hari Rata-rata pengumpulan piutang adalah sangat penting, makin lama makin buruk bagi kas perusahaan, dan sebaliknya. Perputaran piutang yang tinggi sangat baik bagi perusahaan, karena investasi dalam piutang rendah dan sebaliknya.
Cara lain untuk menentukan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dengan ilustrasi berikut ini. PT Zzz memiliki nilai penjualan per tahun Rp 720.000.000, seluruhnya dijual kredit 30 hari, dengan ketentuan, jika pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sejak tanggal penjualan, diberikan potongan tunai 2 %, model ini lazim  disebut 2/10, net 30. Dari jumlah tersebut, 60 % dibayar dalam waktu 10 hari, dan sisanya  dalam waktu 30 hari. Berdasarkan informasi tersebut dapat dihitung:
1)      Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Oustanding atau DSO) atau Periode Penagihan Rata-rata (Average Collection Period atau ACP) adalah: 0,60(10) + 0,40(30) = 18 hari.  
2)      Penjualan Harian Rata-rata (Average Daily Sales atau ADS), dengan asumsi satu tahun 360 hari kerja: (Rp 720.000.000 / 360) = Rp 2.000.000
3)      Piutang PT ABC sepanjang tahun setiap saat sebesar: (Jangka Waktu Penagihan X Penjualan Harian Rata-rata) = (18 hari X Rp 2.000.000) = Rp 36.000.000.
4)      Perputaran Piutang  = (Penjualan / Piutang) = (Rp 720.000.000 / Rp 36.000.000) = 20X
5)      Periode Penagihan Rata-rata = (360 hari / Perputaran Piutang) = (360 hari / 20) = 18 hari.
6)      Periode Penagihan Rata-rata atau Jangka Waktu Penagihan dapat dihitung dengan rumus:
  Piutang Usaha       =      Rp 36.000.000    =        18 hari
                  (Penjualan / 360 hari)       (Rp 720.000.000 / 360 hari)               

            Manajer keuangan harus mengetahui penjualan per hari secara kredit dan jumlah rata-rata piutang sepanjang tahun di setiap saat. Dengan mengetahui kedua unsur tersebut, ia dapat mengatur arus kas masuk dari tagihan piutang.
            Apabila tinggi angka tingkat perputaran piutang dari perhitungan tersebut berarti semakin cepat pula perubahan piutang ke bentuk uang tunai dan kembali menjadi piutang. Ini berarti kondisi yang baik, begitu pula sebaliknya semakin rendah angka tingkat perputaran piutang dari perhitungan tersebut berarti semakin lambat pula perputaran piutang tersebut. Kondisi ini perlu diwaspadai demi efektivitas modal yang dimiliki.
Hal ini sesui dengan yang diungkapkan oleh Munawir (1995: 75) yaitu makin tinggi rasio (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over invesment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit
2.2.2        Umur Piutang dan Klasifikasi Piutang
Piutang suatu pelanggan telah berlalu daftar  piutang, biasanya dikelompokkan menurut umur. Umur piutang adalah jangka waktu sejak dicatatnya transaksi penjualan sampai dengan saat dibuatnya daftar piutang. Biasanya umur piutang dikelompokkan menurut jumlah hari tertentu. Misalnya piutang yang berumur 1-30 hari ; 31-60 hari; dan seterusnya. Saldo piutang untuk suatu pelanggan mungkin termasuk dalam satu atau lebih umur waktu piutang. Adakalanya, uang dari penagihan piutang tidak diterima menurut jumlah yang  tertera dalam faktur. Bisa jadi, jumlah uang yang diterima, pada suatu saat tertentu, lebih kecil dari jumlah yang tercantum dalam faktur. Saat berikutnya, jumlah itu lebih besar, begitu seterusnya. Dalam hal demikian maka umur piutang dihitung dengan menelusuri debit (penjualan kredit) dan kredit (penagihan) dalam kartu piutang dan menentukan penagihan-penagihan mana yang digunakan untuk mengurangi piutang tertentu. Aturan yang dapat digunakan adalah bahwa penjualan yang lebih awal akan dilunasi lebih dahulu.
Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu, piutang dapat juga ditimbulkan dari adanya usaha dari luar kegiatan pokok perusahaan.
Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan Piutang ke dalam 3 kategori yaitu Piutang Usaha, Wesel, Tagih dan piutang lain –lain sebagai berikut :
a.       Piutang Usaha
Menurut Soemarso (2002:338) piutang usaha adalah: Perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat  menuntut pembayaran damlam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia berpiutang”. Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan Piutang Usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut di catat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang Usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu relatit pendek, seperti 30 atau  60 hari. Piutang usaha di klasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar. Piutang usaha adalah tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis yang hanya dilengkapi oleh surat jalan, faktur/tanda terima lainnya yang telah ditandatangani oleh debitur sehingga Selain itu pengertian piutang yang pada umumnya digolongkan dalam aktiva lancar yang berarti bahwa tagihan-tagihan pada pihak lain yang nantinya akan diminta pembayarannya dalam jangka waktu yang tidak lama (kurang dari satu tahun) yang biasanya digolongkan dalam piutang jangka pendek. Piutang usaha jangka pendek dapat dibagi atas dua yaitu:
1)      Piutang usaha/piutang terhadap langganan
Piutang usaha/piutang terhadap langganan dalam perkiraan piutang usaha dicatat sebagai tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang merupakan usaha perusahaan yang normal/kurang dari 1 tahun, disajikan dalam neraca sebagai aktiva lancar, tetapi apabila telah lebih dari jangka waktu 1 tahun maka akan dilaporkan sebagai aktiva tidak lancar. Jadi tagihan kepada langganan yang biasanya disebut piutang dagang adalah tuntutan keuangan terhadap pihak lain baik perorangan maupun organisasi- ganisasi atau debitur-debitur lainnya.
2)      Piutang yang akan diterima
Piutang yang akan diterima merupakan kontrak prestasi yang sebenarnya sudah menjadi hak perusahaan, akan tetapi belum/tidak saatnya untuk diterima, piutang ini timbul pada suatu akhir periode dimana sebenarnya tagihan tersebut akan diterima pada periode yang akan datang. Hal-hal yang termasuk dalam piutang yang akan diterima adalah:
·         Bunga yang masih harus diterima yang timbul dari aktiva yang dimiliki perusahaan, seperti wesel tagih dan bon.
·         Piutang sewa yang masih harus diterima yang timbul dari hasil penyewaan, seperti gedung, mobil dan alat-alat besar lainnya.
·         Pendapatan piutang merupakan pendapatan yang akan diterima sebagai hasil investasi dalam perusahaan.
Penggolongan piutang dan umur piutang dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu:
1)      Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam 1 tahun atau siklus usaha normal.
2)      Piutang tidak lancar adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih dalam jangka waktu 1 tahun.
3)      Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih).
4)      Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk menghindari piutang tidak tertagih.
b.      Wesel Tagih
Wesel Tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan disaat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Weselbiasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang – kadang disebut piutang dagang (trade receivable).
c.       Piutang lain – lain
Piutang lain – lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam 1 tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihanya lebih dari 1 tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain – lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.
              Biaya yang timbul akibat piutang:
o   Biaya penghapusan piutang
o   Biaya pengumpulan piutang
o   Biaya administrasi
o   Biaya sumber dana
Kegiatan manajemen piutang
o   Perencanaan jumlah dan pengumpulan pihutang
o   Pengendalian pihutang
o   Penyaringan langganan
o   Penentuan risiko kredit
o   Penentuan potongan-potongan ( return )
o   Penetapan ketentuan-ketentuan dalam menghadapi para penunggak
o   Pelaksanaan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit
2.3  Manajemen Piutang
Kebijaksanaan kredit standar kredit/kualitas rekening yang diterima, jangka waktu/periode kredit yang diberikan, discount/potongan tunai yang diberikan untuk pembayaran yang lebih awal. Kebijaksanaan pengumpulan piutang, dan faktor-faktor lain yang relevan. Keputusan kredit ini menyangkut tradeoff antara keuntungan(marginal profit) dan biaya tambahan (marginal cost) yang disebabkan oleh perubahan dalam salah satu atau kombinasi elemen-elemen tersebut. Pada umumnya perusahaan menjual produknya secara kredit, kemudian melahirkan piutang dagang; penagihan piutang melahirkan kas. Hubungan antara piutang dengan kas adalah sebagai berikut:

 Kas              Persediaan Barang Jadi                  Piutang                  Kas


2.3.1                 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam Piutang
Piutang merupakan aktiva yang penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2001:85-87) sebagai berikut:
a.      Volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit, makin besar investasi yang tertanam dalam Piutang. Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi  yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitability.
b.      Syarat pembayaran (termin), semakin lama masa kredit, semakin besar invesatasinya.Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada pertimbangan profitabiitas. Syarat yang ketat dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.
c.       Ketentuan tentang pembatasan kredit, batasan kredit dapat berupa kuantitatif (plafon kredit, semakin besar plafon kredit perpelanggan makin besar investasi yang diperlukan) dan kualitatif (selektif terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan semakin memperkecil investasi dalam piutang). Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinngi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berate makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya,jika batas maksimal plafond lebih rendah,maka jumlah piutangpun akan kecil.
d.      Kebijakan pengumpulan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debtcollector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang lebih besar. Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piuatng secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi akan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.
e.       Kebiasaan membayar dari para langganan, apabila sebagian besar pelanggan membayar pada masa diskon (termin 2/10;n/30), maka membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari ke 30 atau bahkan menunggak, perlu investasi yang besar. Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode setelah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.


2.3.2        Konsep Manajemen Piutang Usaha
Piutang yang diberikan perusahaan kepada para langganannya diharapkan dapat tertagih tepat pada waktunya, akan tetapi ada kalanya piutang tidak dapat ditagih kembali. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, perusahaan perlu mengelola piutang.
Menurut Ridwan S.Sunjaya pada umumnya manajer keuangan langsung mengawasi piutang usaha melalui keterlibatannya dalam pengelolaan:
1        Kebijakan kredit
Kebijaksanaan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar kredit, syarat kredit, dan kebijakan penagihan
1)       Standar Kredit
Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan keuangan minimum pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong layak memperoleh kredit. Dengan demikian, perusahaan da[at meramalkan siapa pelanggan yang akan terlambat dalam membayar kewajibannya dan siapa pelanggan yang mungkin akan mengakibatkan kerugian piutang (piutang yang tak tertagih).
Lima aspek (Lima C) yang biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan kelayakan kredit meliputi hal berikut:
a.      Character, kemungkinan dari para pelanggan secara jujur berusaha memenuhi kewajibannya. Sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya, yang dapat dinilai dari catatan masa lalu atau informasi dari berbagai pihak yang patut diperhatikan
b.      Capacity, pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur dari record tahun sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan toko pelanggan.
c.       Capital, diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan dengan analisis rasio finansial. Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio profitabilitas sering digunakan mengukur aspek kapital ini.
d.      Collateral, dicerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
e.       Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang ekonomi yang mempengaruhi efek terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya 
2)      Syarat Kredit
Persyaratan kredit adalah syarat pembayaran yang dibutuhkan bagi pelanggan. Mencakup dua hal yakni :
a)      Periode kredit ( kapan penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu penagihan)
b)      Berapa besar diskon yang akan diberikan kepada pelanggan yang membayar pada periode diskon.
3)      Kebijakan penagihan piutang
Kebijakan penagihan (Credit policy) adalah prosedur yang meliputi waktu dan cara-cara penagihan agar pelanggan membayar kreditnya tepat waktu. Dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
·         Menegur via telepon kepada pelanggan yang belum membayar pada satu hari setelah batas akhir penagihan
·         Menegur via surat kepada pelanggan yang belum membayar sesudah tujuh hari dari batas akhir penagihan
·         Menyerahkan tugas penagihan kepada penagih hutang (debt collector) diluar perusahaan bagi perusahaan yang belum melunasi kewajibannya sampai satu bulan setelah batas akhir penagihan.
Contoh penerapan kebijakan kredit:
Selama ini perusahaan menjual secara tunai, omset penjualannya sebesar Rp 800 juta, keuntungan 15% dari penjualan. Jika perusahaan berencana untuk menjual secara kredit dengan syarat pembayaran n/60. hal ini ditaksir akan meningkatkan omset penjualan menjadi 1.050 juta pertahun. Dana yang dibutuhkan untuk membiayai piutang tersebut ditaksir sebesar Rp148,75 juta pertahun.
Apakah manejemen menerima alternatif penjualan kredit tersebut?
                      Manfaat          :
tambahan keuntungan = (1.050 jt – 800 jt) x 15%
= Rp 37,5 jt
             pengorbanan :           
perputaran piutang                              = 360/60   =    6 kali
rata-rata piutang                                   = 1.050/6  =    175 jt
dana untuk membiayai piutang           = 148,75jt
biaya dana yang ditanggung 148,75 x 15%  = 22,31 jt
manfaat bersih                                      = Rp 15,19 jt
Benefit > cost, layak untuk diterapkan
Perusahaan menawarkan syarat penjualan 2/20 ; n/60. ditaksir 50% pelanggan akan membayar pada hari ke 20, dan sisanya pada hari ke 60. Maka:
Rata-rata periode pembayaran piutang      = 0,5(20) + 0,5(60) = 40 hari
Perputaran piutang                                    = 360/40 = 9 kali
Rata-rata piutang                                      = 1.050/9 = 116,67 juta
Rata-rata dana yang diperlukan untuk membiayai piutang = 116,67 jt x 85% = 99,17 jt
Penurunan biaya dana                               116,67 jt – 99,17 jt = 17,5 jt

 Manfaat :
penurunan biaya dana                = 17,5 jt
            Pengorbanan:
diskon                                        = 2% x 50% x 1.050 jt
   = 10,50 jt
                                      manfaat bersih             = 7,00 jt
Benefit > cost, layak untuk diterapkan.

2        Pemantauan Piutang
Pemantauan piutang adalah proses evaluasi atas kebijakan kredit yang telah dijalankan, khususnya pemantauan apabila terjadi perubahan pola pembayaran pada pelanggan. Misalnya, pelanggan yang semula tergolong patuh dalam membayar kini mulai terlambat membayar kewajibannya. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam kaitannya dengan pemantauan piutang usaha:
·           DSO (Days Sales Outstanding)
DSO adalah nama lain dari average collection period (ACP) yang mengungkapkan berapa lama piutang tertagih. DSO merupakan ukuran termudah untuk mengamati arus penagihan piutang dari pelanggan. Meningkatnya DSO menunjukkan pelanggan makin lambat membayar kewajibannya yang dapat dijadikan indikator awal kemungkinan timbulnya piutang tak tertagih atau kredit macet.
Kendati DSO merupakan ukuran termudah untuk memantau kondisi piutang, diperlukan sikap hati-hati dalam menafsirkan angka DSO. DSO atau ACP (yang dinyatakan dalam hari) akan makin menurun apabila piutang menurun. Menurunnya piutang belum tentu disebabkan oleh penerimaan yang lebih cepat, mungkin saja disebabkan oleh turunnya penjualan akibat kondisi ekonomi yang melesu.
·          Skedul Umur Piutang (aging schedule)
Skedul umur piutang merupakan tabel yang memuat informasi tentang umur, jumlah, proporsi, dan periode penagihan piutang. Berikut contoh tabel skedul umur piutang:

Umur (hari)
Jumlah
Proporsi
Periode penagihan (hari)
0-30
Rp 405.000.000
45 %
20
31-60
Rp 450.000.000
50 %
51
61-90
Rp 27.000.000
3 %
80
Lebih dari 90
Rp 18.000.000
2 %
96
Rp 900.000.000

Contoh analisis pemantauan piutang. Misalnya, suatu perusahaan menetapkan batas waktu pembayaran piutang 30 hari. DSO rata-rata = 45% (20) + 50 % (51) + 3% (80) + 2% (96) = 52 Hari. Hal itu berarti bahwa secara rata-rata pelanggan membayar kewajibannya pada bulan kedua  dari batas waktu penagihan yang ditentukan. Pelanggan yang membayarnya hingga batas akhir penagihan hanya mencapai 45%. Sisanya (55%) justru tergolong pelanggan yang membayar melebihi batas waktu penagihan. Analisis sederahana ini menunjukan bahwa pola penerimaan penagihan piutang dari pelanggan perusahaan kurang baik karena lebih dari separuhnya tergolong sebagai pelanggan yang tidak tepat waktu. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan kreditnya secara menyeluruh.



2.3.3        Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang
1.      Faktor Eksternal
 Misalnya Permintaan terhadap produk dan karakteristik industri. Besarnya piutang bervarisai dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya dan dari satu industri ke industri lainnya. Sebagai contoh Perusahaan RETAIL cenderung mempunyai tingkat piutang dan persediaan yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan manufaktur.
2. Faktor Internal
Misalnya Kebijakan promosi dan iklan, kebijakan piutang. Disamping factor eksternal, faktor internal juga akan menentukan besar kecilnya persediaan piutang. Sebagai contoh, manajer keuangan mempunyai pilihan apakah akan melaksanakan kebijakan kredit yang longgar (meningkatkan piutang) atau ketat (meminimumkan piutang). Tentunya kebijakan piutang akan menciptakan trade off antar keuntungan dan biaya (resiko). Faktor internal lain juga mempengaruhi piutang, sebagai contoh perusahaan cukup sukses mengelola promosi sehingga penjualan akan meningkat, maka piutang akan meningkat.
2.3.4        Resiko Kerugian Piutang
Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan mengandung resiko yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini resiko dapat dikendalikan agar berada dalam batas yang wajar. Resiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut resiko kerugian piutang.
Menurut S.Munawir berpendapat bahwa : Semakin besar day’s receivable suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang (allowance for bad debt) berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu besar (overstated). Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu:
1.      Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (piutang)
Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali.hal ini dapat disebabkan oleh beberapa factor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya stabiitas ekonomi dan kondisi Negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan.
2.      Resiko tidak dibayarnya sebagai piutang
Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian jika jumlah piutang yang ditrima kurang dari harga poko barang yang dijual secra kredit.
3.      Resiko keterlambatan pelunasan piutang
Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.
4.      Resiko tertanamnya modal dan piutang
Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akan mengakibatkan modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin besar dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif. Dalam piutang, resiko kerugian akibat piutang yang tidak dapat diterima pembayarannya selalu ada.
Langkah-langkah Pencegahan Resiko Tidak Tertagihnya Piutang:
        - Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung perusahaan, hal ini ditentukan atas dasar pengalaman-pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Misalnya resiko ditetapkan 10% dari piutang, jika perusahaan berencana meningkatkan penjualan dengan Rp100.000 dan akan menyebabkan tambahan biaya Rp50.000, maka tambahan keuntungannya adalah sebesar Rp 40.000 (100.000-50.000-(10%x100.000))
    - Kemampuan debitur memenuhi kewajibannya, hal ini dapat diukur dengan likuiditas dan rentabilitas. Selain itu perlu dipertimbangkan “soliditas”:
a.       Soliditas komersiil, kejujuran debitur/direkturnya dalam memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya.
b.      Soliditas finansiil, memiliki modal kerja yang cukup dalam memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya
c.       Soliditas moril, sifat-sifat dan moril yang baik dari debitur/direkturnya.
d.      Membuat klasifikasi kredit tiap pelanggan, hal ini dapat digunakan daftar analisis umur piutang (aging schedule) sehingga diketahui sejarah kredit tiap-tiap pelanggan.
e.       Mengadakan seleksi calon pelanggan, berdasar sejarah kredit dapat ditentukan pelanggan mana yang dapat ditambah plafon kredit, diturunkan, atau tetap.
2.3.5        Metode penghapusan Piutang
Dalam Penghapusan piutang terdapat beberapa metode yang dapat dipilih untuk alternatif dalam penghapusannya, yaitu :
a.       Metode penghapusan langsung
Dalam metode ini kerugian piutang yang tidak bisa ditagih, dicatat langsung pada periode saat terjadinya penghapusan piutang dengan perkiraan debet “beban penghapusan piutang” dan kredit perkiraan ”piutang dagang”.
b.      Metode Penyisihan/cadangan.
Ada metode ini, setiap akhir periode dilakukan penaksiran terhadap piutang yang dimiliki perusahaan, sehingga diperoleh taksiran dari piutang yang disangsikan dapat diterima pembayarannya. Taksiran ini dicatat pada perkiraan debet “beban piutang“ dan kredit pada perkiraan “penyisihan piutang“. Jumlah taksiran kerugian piutang dapat ditetapkan atas dasar. Atas dasar jumlah penjualan Piutang terjadi karana akibat dari penjualan kredit maka taksiran menhunakan jumlah penjualan selama periode bersangkutan. Yaitu dengan membandingkan kerugian piutang yang sebenarnya terjadi dengan total pejualan kemudian dilakukan perubahan-perubahan atas kemungkinan yang akan datang. Biasanya dalam bentuk persentase.
c.       Atas dasar saldo piutang
Jumlah ini dihitung dengan cara mengalikan suatu persentase tertentu dengan saldo piutang pada akhir periode. Dengan demikian yang dijadikan dasar adalah jumlah piutang dagang yang dimiliki perusahaan pada akhir periode.
d.      Atas dasar analisis usia piutang
Penerapan metode ini pada dasrnya sama dengan penentuan taksiran kerugian piutang atas dasar saldo piutang, metode ini dikelompokan menjadi kelompok piutang yang belum jatuh tempo, dan kelompok yang telah jatuh tempo. Sedangkan kelompok yang telah jatuh tempo dikelompokkan atas dasar lamanya jatuh tempo. Lamanya tunggakan, dihitung dari tanggal jatuh tempo piutang sampai tanggal 31 Desember.







BAB II
PENUTUP

3.1  Simpulan
Manajemen Kas dan Piutang sangatlah penting dalam operasional perusahaan, jika kas perusahaan tidak dikelola dengan baik maka akan menimbuklan kerugian secara finansial. Kelebihan tersedianya kas akan menghilangkan kesempatan perusaan untuk berinvestasi pada sektor-sektor lain yang terbuka, sedangkan kekurangan tersedianya kas membuat perusahaan menjadi kurang likuid dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus diselesaikan yang akan menimbulkan efek berkurangnya kepercayaan kreditur terhadap perusahaan.
Sama halnya dengan kas pada perusahaan, pengendalian yang baik juga harus dilakukan untuk piutang, jumlah piutang yang terlalu banyak akan mengakibatkan timbulnya kerugian berupa resiko piutang tak tertagih menjadi besar, tetapi bila piutang perusahaan sedikit karena adanya jatuh tempo pelunasan piutang yang terlalu cepat juga mengakibatkan pelanggan menjadi berkurang akibat adanya kebijakan tersebut. Oleh itulah manajer harus mampu mengkondisikan keadaan kas dan piutang peerusahaan dengan sebaik mungkin untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan untuk mencapai keefisienan perusaan dalam menjalankan sumber daya yang ada.











DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Bambang Prof.Dr.. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan Edisi 4.2010. Yogykarta: BPFE-Yogyakarta
Suryanto. 2014. Manajemen Kas dan Piutang,,(http://Accounting-media.blogspot/2014/01/manajemen-kas-dan-piutang diakses 21 November 2015)

Angga, Muhammad.2013. Manajemen Piutang. http://moh-angscorp2.blogspot.co.id/2013/03/

manajemen-piutang.html?m=1 Diaksess 27 November 2015)

1 komentar:

  1. hidup saya layak untuk dijalani dengan nyaman bagi saya dan keluarga saya sekarang dan benar-benar belum pernah melihat kebaikan yang ditunjukkan kepada saya sebanyak ini dalam hidup saya karena saya telah melalui masalah seserius anak saya menemukan kecelakaan mengerikan dua minggu terakhir, dan dokter menyatakan bahwa dia perlu menjalani operasi yang rumit agar dia dapat berjalan lagi dan saya tidak dapat membayar tagihan, kemudian operasi Anda pergi ke bank untuk meminjam dan menolak saya dengan mengatakan bahwa saya tidak memiliki nilai kredit, dari sana saya lari ke ayah saya dan dia tidak dapat membantu, kemudian ketika saya menelusuri jawaban yahoo dan saya menemukan pemberi pinjaman pinjaman mr, pedro, menawarkan pinjaman dengan tingkat bunga yang terjangkau saya tidak punya pilihan selain mencobanya dan mengejutkan itu semua seperti mimpi, saya mendapat pinjaman sebesar $ 110,000.00 untuk membayar operasi anak saya kemudian mendapatkan bisnis yang nyaman untuk membantu saya berjalan juga. saya bersyukur hari ini baik dan Anda dapat berjalan dan bekerja dan beban lebih lama pada saya lebih banyak dan kami dapat memberi makan dengan baik dan keluarga saya bahagia hari ini dan saya berkata pada diri sendiri bahwa saya akan berduka dengan keras di dunia keajaiban tuhan kepada saya melalui pemberi pinjaman yang takut akan tuhan ini mr pedro dan saya akan menyarankan siapa pun yang benar-benar membutuhkan pinjaman untuk menghubungi pria yang takut akan tuhan ini di ...... pedroloanss@gmail.com terima kasih

    BalasHapus