BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Manajemen Kas
2.1.1
Pengertian Kas
Sebelum
membahas berbagai hal tentang manajemen kas, ada baiknya dibahas pengertian kas
itu sendiri. Ada banyak sekali pengertian tentang kas, baik dari sisi perundang-undangan
maupun dari sisi teori/konsep ekonomi.
a. Menurut Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara
Kas Negara adalah tempat
penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar
seluruh pengeluaran negara. Dengan demikian kas dalam pengertian undang-undang
ini semua uang negara yang bersumber dari seluruh penerimaan negara dan
digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran negara.
b. Menurut Standar
Akuntansi Pemerintah
Kas adalah uang tunai
dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai
kegiatan pemerintahan. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang
ditentukan oleh Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung seluruh penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk
menampung seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat.
c. Menurut Standar Akuntansi
Keuangan
Kas terdiri dari saldo
kas (cash on hand) dan rekening giro setara kas (cash equivalent) adalah
investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat
dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan
nilai yang signifikan.
Kas merupakan salah satu
bagian dari aktiva yang paling likuid (paling lancar), yang bisa dipergunakan
segera untuk
memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Kas yang dibutuhkan perusahaan baik
digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari (dalam bentukmodal
kerja) maupun pembelian aktiva tetap, memiliki sifat kontinyu (untuk pembelian
bahan baku, membayar upah dangaji, membayar supplies kantor habis pakai, dll)
dan tidak kontinyu. (untuk pembayaran deviden, pajak, angsuran hutang,
dsb).
Kas dapat diartikan
sebagai nilai uang kontan yang dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan
sebagai alat pembayaran
kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya.
Kas
dapat berupa uang kontan yang disimpan di perusahaan, rekening rekening
giro atau rekening lainnya yang dapat dicairkan pada saat dibutuhkan. Kas
mempunyai sifat volume fisik kecil, nilainya tetap sebesar nilai nominalnya,
tidak adanya identifikasi kepemilikan, dan sangat mudah untuk dipindah
tangankan. Kas
dalam kegiatan operasional diperlukan untuk:
a.
Membelanjai seluruh kegiatan operasional
perusahaan sehari-hari.
b.
Mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.
c.
Membayar dividen, pajak, bunga dan pembayaran
lain-lain.
Faktor-faktor yang
mempngaruhi besarnya kas minimal (safety cash balance) :
1.
Perimbangan antara aliran kas masuk dan aliran
kas keluar jika ada perimbangan antara cash outflow dan cashinflow
(keseimbangan antara syarat pembelian dan syarat penjualan ) baik kuantitas
maupun timing maka tidak perlu mempunyai persediaan kas yang besar.
2.
Penyeimbangan terhadap aliran kas yang
diperkirakan hubungan yang baik dengan bank-bank.
2.1.2 Persediaan Kas
Minimal
Jumlah uang kas minimal yang
harus ada di perusahaan berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya, hal ini
sangat tergantung pada besar kecilnya dan kemampuan perusahaan.
Di samping
itu kas minimal juga tergantung pada prediksi atau estimasi besarnya aliran kas
masuk dan kas keluar beserta penyimpangannya.
Aliran
Kas Masuk : Proses aliran kas yang terjadi di perusahaan
adalah terus-menerus sepanjang hidup perusahaan yang bersangkutan
terdiri dari aliran kas masuk (cash flow) dan aliran kas keluar (cash outflow). Aliran kas masuk terdiri dari :
a)
Hasil penjualan produk / jasa perusahaan secara
tunai.
b)
Penagihan piutang dari penjualan kredit.
c)
Penjualan aktiva tetap yang ada.
d) Penanaman
investasi dari pemilik atau pemilik saham bila perseroan terbatas.
e)
Pinjaman / utang dari pihak lain.
f)
Penerimaan sewa dan pendapatan lain-lain.
Dan sejumlah aliran kas
masuk tersebut mempunyai sifat terus-menerus sepanjang waktu dan aliran kas
pada saat-saat tertentu saja (insidental). Faktor yang mempengaruhi penerimaan
kas:
a.
Budget penjualan.
b.
Keadaan dan posisi pesaing.
c.
Syarat pembayaran tunai maupun kredit.
d.
Kebijaksanaan dalam penagihan piutang.
e.
Budget perubahan aktiva tetap.
f.
Rencana penerimaan nonoperating.
g.
Kebijaksanaan penjualan surat-surat berharga.
Aliran Kas Keluar terdiri dari:
a)
Pengeluaran biaya bahan
baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain (overhead).
b)
Pengeluaran biaya administrasi umum dan
administrasi penjualan.
c)
Untuk pembelian aktiva tetap
d) Pembayaran kembali
utang-utang perusahaan.
e)
Pembayaran kembali investasi dari pemilik
perusahaan.
f)
Pembayaran sewa, pajak,
dividen, bunga dan pengeluaran lain-lain,
Sifat
dari aliran kas keluar ini juga terus-menerus dan ada pula yang hanya saat-saat tertentu atau
insidentil. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengeluaran kas.
a.
Budget biaya bahan baku.
b.
Budget biaya tenaga kerja langsung.
c.
Budget biaya pabrik lain-lain (overhead).
d.
Budget biaya administrasi umum dan administrasi
penjualan.
e.
Budget penambahan aktiva tetap.
f.
Budget pengeluaran nonoperating.
Estimasi aliran kas keluar perlu mempertimbangkan
adanya biaya yang keluar secara tunai dan biaya yang tidak tunai. Dalam
perencanaan kas, biaya yang tidak tunai seperti penyusutan tidak diperhitungkan
dalam menentukan jumlah kas minimal perusahaan. Hubungan baik dengan pihak
perbankan, suplier dan perantara juga mempengaruhi besarnya persediaan kas
minimal yang harus dijaga oleh perusahaan.
Perusahaan harus memiliki persediaan kas minimal yang
harus ada setiap saat, atau sering disebut persediaan besi (safety cash).
Persediaan minimal kas pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan persediaan
minimal pada persediaan barang. Persediaan kas minimal ini bertujuan untuk
menjaga agar kelangsungan operasi perusahaan tetap terjamin dan dapat memenuhi
kewajiban finansial perusahaan apabila sewaktu-waktu harus dibayar. Kewajiban
finansial ini dapat berupa utang lancar maupun biaya-biaya baik biaya tetap
maupun biaya variabel yang harus segera harus dibayar untuk kelangsungan
operasi perusahaan. Ketersediaan kas dalam perusahaan merupakan hal yang
mutlak.
2.1.3 Motif Memiliki Kas
Perusahaan memiliki kas pada
dasarnya sesuai dengan teori “ Liquidity
preference” dari J.M. Keynes yaitu menguasai atau memiliki uang berbentuk
tunai ada tiga motif atau tiga tujuan, antara lain :
1.
Motif Bertransaksi (Transactions Motive)
Motif ini melihat kas secara sempit yaitu
sebagai media untuk pertukaran dalam rangka membiaya transaksi normal yang
terjadi seperti pembayaran kepada pemasok dan pembayaran gaji. Besarnya tingkat
saldo transaksi tergantung pada besar kecilnya organisasi dan periode waktu kas
masuk dan kas keluar. Organisasi yang besar pada umumnya cenderung melakukan
banyak transaksi. Jika arus kas masuk dan keluar dapat disinkronisasi maka
saldo kas dapat diminimalisasi.
2.
Motif Berjaga-Jaga (Precautionary
Motive)
Motif ini fokus pada kemampuan kas untuk
menunjang daya beli pada saat timbul kejadian yang tidak diharapkan atau
peluang yang tidak diperkirakan sebelumnya. Saldo untuk pencegahan berfungsi
sebagai cadangan pada saat ketidakpastian meningkat sebagai akibat perubahan
industri, ekonomi, dan dunia. Saldo untuk keperluan darurat ini umumnya
disediakan dengan menggunakan portofolio dari pasar uang dan pasar modal.
Kriteria kunci dari penggunaan metode ini adalah tingkat keamanan yang tinggi,
likuiditas, dan kemudahan untuk mencairkan surat berharga menjadi kas.
3.
Motif Spekulasi (Speculative Motive)
Motif ini timbul seiring dengan keinginan
manajemen untuk memiliki sejumlah kas yang dapat digunakan untuk mengambil
keuntungan dari kesempatan yang timbul secara tidak terduga. Manajemen harus
mempunyai prediksi bahwa saldo kas tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang
lebih tinggi dari operasi normal organisasi. Pada umumnya,
organisasi-organisasi tidak menyimpan kas untuk tujuan spekulasi.
2.2.4 Manajemen Kas
Didefinisikan sebagai pengoptimasian penggunaan kas sebagai
aktiva. Hal ini berarti tidak boleh terjadi kegagalan pemakaian kas, dan
pengawasan terhadap posisi kas.
1.
Pengendalian Penerimaan Kas
Prosedur dan pengawasan dalam
penerimaan kas perlu dirancang sedimikian rupa sehingga kemungkinan tidak
tercatat dan tidak diterimanya uang yang seharusnya diterima dapat dikurangi
menjadi sekecil mungkin. Prosedur dan pengawasan dalam penerimaan kas perlu
memperhatikan beberapa hal berikut :
a.
Terdapat pemisahan tugas antara yang menyimpan, mencatat,
daan yang menerima uang. Untuk perusahaan kecil pemisahan tugas seperti
demikian tidak dapat dilakukan, maka penggabungan antara ketiga tugas tadi
hanya dapat dilakukan oleh pemilik perusahaan
b.
Setiap penerimaan uang langsung disetorkan ke Bank
sebagaimana adanya. Untuk pembayaran piutang maupun pembayaran dalam jumlah
besar dari pelanggan bisa juga dengan cara pelanggan tersebut langsung
mentransfer pembayaran itu ke Bank.
c.
Setiap penerimaan kas dibuatkan bukti penerimaan kas atau
bukti kas masuk. Bukti transaksi tersebut hendaklah perlu juga dilengkapi
dengan lampiran-lampiran untuk menguatkan adanya bukti transaksi tersebut. Dan
setelah itu dari bukti transaksi tersebut akan di catat pada jurnal penerimaan
kas.
d.
Menggunakan penomoran dokumen transaksi untuk mencegah
transaksi dicatat lebih dari sekali
e.
Mengadakan pemeriksaan kas secara fisik
f.
Menetapkan laporan kas setiap hari. Laporan mengenai
setiap pengeluaran dan penerimaan kas.
2.
Pengendalian Pengeluaran Kas
Seperti halnya dengan penerimaan
kas, pengeluaran kas juga memerlukan prosedur dan pengawasan yang baiik
sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.
Semua pengeluaran uang yang relatif besar dialakukan
dengan menggunakan check sedangkan untuk pengeluaran-pengeluaran yang relatif
kecil dilakukan dengan menggunakan kas kecil.
b.
Mengadakan pemisahan tugas antara yang berhak menyetujui
pengeluaran kas, yang menyimpan uang kas, dan yang mencatat pengeluaran kas
c.
Melakukan pemeriksaan Intern dalam waktu yang tidak tentu
d.
Setiap pengeluaran kas dibuatkan bukti pengeluaran kas
atau kas masuk serta dilengkapi dengan lampiran-lampiran. Setelah itu bukti
transaksi akan dicatat dalam jurnal pengeluaran kas.
3.
Melakukan Rekonsiliasi Bank
Setiap bulan biasanya perusahaan akan
menerima rekening koran dari Bank, rekening koran tersebut digunakan untuk
mencocokkan saldo kas yang ada di Bank tersebut dengan saldo kas yang ada di
perusahaan. Terkadang saldo antara Bank dan perusahaan tidak sama, itu terjadi
karena ada kemungkinan ketika perusahaan menyetor uang ketika akhir bulan masih
belum dicatat oleh Bank tapi telah dicatat oleh perusahaan, begitu juga ketika
perusahaan melakukan pembayaran melalui tansfer Bank, oleh Bank telah dicatat
tetapi oleh perusahaan belum dicatat. Itu semua dapat membuat saldo kas
perusahaan dengan saldo kas Bank tidak sama
4.
Perencanaan Arus Kas (Cash Flow Planning)
Memiliki uang kas yang relatif
sedikit dalam perusahaan dapat membahayakan sebab ada kemungkinan tidak dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah jatuh tempo. Namun, mempunyai uang kas
yang terlalu banyak juga tidak baik. Uang kas yang terlalu banyak akan
menganggur dan tidak akan menghasilkan apa-apa, oleh karena itu manajemen
perusahaan perlu melakukan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas. Termasuk
didalamnya merencanakan sumber-sumber penerimaan yang bisa diperoleh jika suatu
saat mengalami kekurangan kas dan merencanakan pemanfaatanntya apabila
mengalami kelebihan.
Perencanaan arus kas dapat
dilakukan dengan membuat anggaran kas (cash budget) unutk periode-periode
tertentu. Misalnya satu tahun, enam bulan, tiga bulan, atau satu bulan di masa
mendatang. Anggaran kas dapat digunakan sebagai alat pengendalian penerimaan
dan pengeluaran kas. Pada kala tertentu anggaran kas dibandingkan dengan
realisasinya. Apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mencolok,
manajemen perusahaan segera dapat melakukan tindakan perbaikan.
Pengelolaan Kas yang Efisien
Strategi dasar yang harus digunakan oleh
perusahaan dalam mengelola kasnya adalah sebagai berikut :
a.
Membayar utang dagang selambat mungkin asal
jangan sampai mengurangi kepercayaan pihak supplier kepada perusahaan, tetapi
memanfaatkan setiap potongan tunai (cash discount) yang menguntungkan bagi
perusahaan.
b.
Mengatur perputaran persediaan secepat mungkin
tetapi hindarilah risiko kehabisan persediaan yang dapat menimbulkan kerugian
bagi perusahaan pada masa – masa selanjutnya (konsumen kehilangan kepercayaan
kepada perusahaan).
c.
Mengumpulkan piutang secepat mungkin tetapi
jangan sampai mengakibatkan kemungkinan menurunnya volume penjualan pada masa
yang akan datang karena ketatnya kebijaksanaan dalam penjualan kredit dan
pengumpulan piutang.
Penerapan strategi –
strategi utang dagang, persediaan, dan piutang yang sudah diuraikan diatas
memungkinkan perusahaan bekerja secara lebih efisien, khususnya dalam
penggunaan kas. Sekalipun demikian, penerapan strategi – strategi tersebut
haruslah dilakukan secara hati – hati dan penuh perhitungan karena kesalahan
dalam penerapannya akan menimbulkan akibat negatif yang cukup mendalam bagi
perusahaan. Penundaan pembayaran utang dagang jangan sampai mengurangi
kepercayaan pihak sipplier, percepatan perputaran persediaan jangan sampai
menimbulkan risiko kehabisan bahan atau kehabisan persediaan, dan kebijaksanaan
kredit yang cukup ketat jangan sampai mengakibatkan menurunnya volume
penjualan.
Tujuan
manajemen kas :
1.
Likuiditas
Merupakan
manajemen harus secara sadar menjaga likuiditas dan jumlah kas yang harus ada
dalam perusahaan.
2.
Earning
Merupakan
tiap pengeluaran perusahaan harus diarahkan untuk mendapatkan kemungkinan hasil
yang lebih besar dibandingkan dengan kas yang dikeluarkan. Selain itu manajemen
harus menjamin pembayaran dilakukan secara ekonomis
Transaksi yang tidak mempengaruhi kas
· Pembebanan depresiasi, amortisasi, dan deplesi terhadap aktiva
tetap,intangible assets
· Pengakuan adanya kerugian piutang.
· Pengakuan penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang
dimiliki.
· Penghentian aktiva tetap
· Pembayaran stock dividen (pembayaran dividen dalam bentuk saham).
· Adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba.
· Adanya penilaian kembali aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Mempercepat pemasukkan kas dapat dilakukan dengan cara:
· Penjualan kas
· Potongan kas(Cash Discount)
· Desentralisasi pusat penerimaan pembayaran
· Lock-Box System
Memperlambat
pengeluaran kas
·
Pembelian
dengan kredit
·
Memanfaatkan Float
·
Menggunakan Draft/ Kas
Bon
·
Pembayaran
secara sentral
·
Cek
dibayar pada hari tertentu
Faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya persediaan kas :
·
Perimbangan
antara cash inflow dan cash outflow
·
Penyimpangan
terhadap aliran kas yang diperkirakan
·
Adanya
hubungan financial yang baik dengan bank-bank
·
Penganggaran
kas
2.1.5
Saldo Kas Optimal Perusahaan
Optimalisasi kas merupakan
usaha perusahaan, dimana kas yang ada di dalam perusahaan harus tetap dijaga
agar jangan sampai kas tersebut mengalami kelebihan atau kekurangan dalam
melakukan aktivitas perusahaan. Optimasi kas adalah bagian dari manajemen
keuangan yang dilakukan oleh perusahaan, setelah memepercepat pemasukan kas dan
memperlambat pengeluaran kas. Kas sangatlah penting untuk menggerakkan usaha
perusahaan. Kas
yang memadai merupakan target dari semua perusahaan, agar kinerja di dalamnya
berjalan secara efektif dan tidak menghambat dari sektor-sektor lainnya.
Manajemen kas yang efektif
meliputi pembuatan rencana yang baik untuk menjaga keseimbangan antara resiko
dan profitabilitas. Kas harus disediakan dalam jumlah dan batas-batas yang
telah ditentukan. Arus kas masuk dan arus kas keluar harus diupayakan seimbang,
artinya tidak terjadi saldo kas yang berlebihan ataupun kekurangan.
2.1.6
Manajemen Kas Model Baumol
Model manajemen kas yang diajukan oleh Baumol
ini sering disebut dengan model persediaan. Baumol mengakui ada kesamaan antara
manjemen persediaan dan manajemen kas bila dilihat dari aspek keuangan. Dalam
manajemen persediaan ada biaya pesan yang dibayarkan setiap melakukan pemesanan
dan biaya simpan untuk menyimpan bahan yang dibeli.
Dalam manajemen kas biaya pesan berupa biaya
komisi pedagang efek yang dikeluarkan untuk merubah sekuritas menjadi uang kas.
Dan biaya simpan berupa hasil bunga yang hilang karena perusahaan menyimpan
uang tunai yang besar. Oleh karena itu perlu ditentukan berapa surat berharga
yang harus dijadikan uang tunai pada saat ketika saldo kas mendekati nol. Model
Baumol mengasumsikan bahwa pemakaian kas selalu konstan setiap waktu.
Mengidentifikasikan kebutuhan kas dalam suatu
persediaan mirip dengan pemakaian persediaan. Apabila perusahaan memiliki saldo
kas yang tinggi, perusahaan mengalami kerugian dalambentuk kehilangan
kesempatan untuk menginvestasikan dana tersebut pada kesempatan investasi lain
yang lebih menguntungkan , sebliknya apabila saldo kas terlalu rendah ,
kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan likuiditas akan makin besar , karena
itu seharusnya ada penyeimbangan.
Total biaya transaksi yang akan diminimalkan untuk
memperoleh saldo kas optimal terdiri dari 2 item yaitu:
1.
Biaya simpan
Berupa biaya kesempatan (opportunity cost) yang muncul karena perusahaan memegang kas atau
memegang sekuritas. Biaya kesempatan adalah
pendapatan/penghasilan bunga yang hilang (yang seharusnya dapat
diperoleh) jika memegang kas.
2.
Biaya transaksi
Berupa biaya yang harus dikeluarkan perusahaan ketika
menjual sekuritas. Biaya transaksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan kas.
Dalam model ini, menggunakan rumus biaya total yaitu:
TC =
(C/2) k + (T/C) F
dengan:
TC = total cost (total biaya)
k = tingkat bunga/biaya kesempatan (opportunity
cost)
T = jumlah kas yang dibutuhkan
F = biaya transaksi (fixed costs/transaction
costs)
C = saldo kas optimal
Saldo kas
optimal diperoleh ketika opportunity costs sama dengan trading costs. Sehingga
rumus saldo kas optimal menurut model Boumol:
|
Contoh:
Suatu perusahaan
mengeluarkan biaya tetap untuk mengkonversi sekuritas menjadi kas sebesar Rp
50.000,00. Jumlah kebutuhan kas untuk kegiatan perusahaan per bulan sebesar Rp
10.000.000,00. Besarnya penghasilan investasi atau tingkat bunga sebesar 20%
per tahun atau 1,67% per bulan. Sehingga jumlah kas optimal yang diperlukan
perusahaan adalah:
C =
C = =
Rp 7.738.233
Pengisian kas dalam satu bulan = Rp 10.000.000 / 7.738.233 = 1,3 kali
Satu siklus kas = 30 hari / 1,3 kali = 23 hari
Konsumsi kas setiap hari = Rp 7.738.233 / 23 hari = Rp 336.445,00
Rata-rata saldo kas = C/2 = Rp 7.738.233 / 2 = Rp
3.869.116,5
2.2
Konsep Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain di masa
yang akan datang karena terjadinya transaksi di masa lalu. Walaupun pada dasarnya semua
perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya
keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan
lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat
meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya
penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan
kerugian karena menunggak atau
bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar
investasi yang dibutuhkan.
2.2.1
Perputaran Piutang
Berikut ini adalah
beberapa pengertian perputaran piutang menurut beberapa ahli ekonomi
diantaranya adalah :
Menurut Munawir (1995:
75) bahwa posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan
menghitung perputaran piutang tersebut( receivable turn over )
yaitu dengan membagi total penjualan kredit dan piutang rata-rata.
Sedangkan menurut
Bambang Riyanto (1995: 90) piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam
keadaan periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah
tergantung kepada syarat pembayaran. Makin lunak atau makin lama syarat
pembayaran berarti makin lama modal terikat pada piutang yang ini berarti bahwa
tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. Tingkat
perputaran piutang (receivable turn over) dapat diketahui dengan membagi
jumlah kredit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (average
receivable).
Dari beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perputaran piutang (receivable
turn over) adalah rasio untuk mengetahui kemampuan dana yang tertanam dalam
piutang yang berputar dalam satu periode tertentu dan dinyatakan dalam kali
dengan asumsi bahwa penjualan kredit sama dengan jumlah kredit yang diberikan
atau total kredit maka :
Perputaran Piutang :
Total kredit
Rata-rata
umur piutang
Rata-rata Pengumpulan
Piutang : 360hari
Perputaran
Piutang
Contoh :
Misalnya
PT Zzz
memiliki informasi mengenai penjualan tahun 2012 sebesar Rp 500 dan tahun 2013 sebesar Rp 600; piutang awal tahun 2012 Rp 125 dan
akhir tahun Rp 75, sedangkan piutang awal tahun 2013 Rp 250 dan akhir tahun Rp 50. Perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dapat
disajikan dalam tabel. Perusahaan Zzz menggunakan syarat kredit yaitu n/60
Perputaran
Piutang dan Rata-Rata Pengumpulan Piutang
Keterangan
|
Tahun 2010
|
Tahun 2011
|
Penjualan
Bersih
Piutang
Awal Tahun
Piutang
Akhir Tahun
Rata-rata
Piutang (Average Receivable)
(Rp
125 + Rp 75) / 2
(Rp
250 + Rp 50) / 2
Perputaran
Piutang (Receivable Turnover)
(360hari
/ 60 hari)
(360hari
/ 60 hari)
Rata-rata
Pengumpulan Piutang
(Average
Collection Period)
(360/
5)
(360
/ 6)
|
Rp 500
Rp
125
Rp
75
Rp
100
6kali
72 hari
|
Rp 600
Rp
250
Rp
50
Rp
150
6
kali
60 hari
|
Hari Rata-rata pengumpulan piutang adalah
sangat penting, makin lama makin buruk bagi kas perusahaan, dan sebaliknya.
Perputaran piutang yang tinggi sangat baik bagi perusahaan, karena investasi
dalam piutang rendah dan sebaliknya.
Cara lain untuk menentukan perputaran piutang
dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dengan ilustrasi berikut ini.
PT Zzz
memiliki nilai penjualan per tahun Rp 720.000.000, seluruhnya dijual kredit 30 hari, dengan
ketentuan, jika pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari
sejak tanggal penjualan, diberikan potongan tunai 2 %, model ini lazim disebut 2/10, net 30. Dari jumlah tersebut,
60 % dibayar dalam waktu 10 hari, dan sisanya
dalam waktu 30 hari. Berdasarkan informasi
tersebut dapat dihitung:
1)
Jangka
Waktu Penagihan (Day Sales Oustanding
atau DSO) atau Periode Penagihan Rata-rata (Average Collection Period atau ACP) adalah: 0,60(10) + 0,40(30) =
18 hari.
2)
Penjualan
Harian Rata-rata (Average Daily Sales
atau ADS), dengan asumsi satu tahun 360 hari kerja: (Rp 720.000.000 / 360)
= Rp 2.000.000
3)
Piutang
PT ABC sepanjang tahun setiap saat sebesar: (Jangka Waktu Penagihan X Penjualan
Harian Rata-rata) = (18 hari X Rp 2.000.000) = Rp 36.000.000.
4)
Perputaran Piutang = (Penjualan / Piutang) = (Rp 720.000.000 / Rp 36.000.000) = 20X
5)
Periode
Penagihan Rata-rata = (360 hari / Perputaran Piutang) = (360 hari / 20) = 18
hari.
6)
Periode Penagihan Rata-rata atau Jangka Waktu
Penagihan dapat dihitung dengan rumus:
Piutang Usaha = Rp
36.000.000 = 18 hari
(Penjualan / 360 hari) (Rp
720.000.000 / 360 hari)
Manajer keuangan harus mengetahui penjualan
per hari secara kredit dan jumlah rata-rata piutang sepanjang tahun di setiap
saat. Dengan mengetahui kedua unsur tersebut, ia dapat mengatur arus kas masuk
dari tagihan piutang.
Apabila tinggi angka tingkat perputaran piutang
dari perhitungan tersebut berarti semakin cepat pula perubahan piutang ke
bentuk uang tunai dan kembali menjadi piutang. Ini berarti kondisi yang baik,
begitu pula sebaliknya semakin rendah angka tingkat perputaran piutang dari
perhitungan tersebut berarti semakin lambat pula perputaran piutang tersebut.
Kondisi ini perlu diwaspadai demi efektivitas modal yang dimiliki.
Hal ini sesui dengan
yang diungkapkan oleh Munawir (1995: 75) yaitu makin tinggi rasio (turn over)
menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau
rasio semakin rendah berarti ada over invesment dalam piutang sehingga
memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan
bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian
kredit
2.2.2
Umur Piutang dan
Klasifikasi Piutang
Piutang suatu pelanggan
telah berlalu daftar piutang, biasanya
dikelompokkan menurut umur. Umur piutang adalah jangka waktu sejak dicatatnya
transaksi penjualan sampai dengan saat dibuatnya daftar piutang. Biasanya umur
piutang dikelompokkan menurut jumlah hari tertentu. Misalnya piutang yang
berumur 1-30 hari ; 31-60 hari; dan seterusnya. Saldo piutang untuk suatu
pelanggan mungkin termasuk dalam satu atau lebih umur waktu piutang. Adakalanya,
uang dari penagihan piutang tidak diterima menurut jumlah
yang tertera dalam faktur. Bisa jadi, jumlah uang yang diterima,
pada suatu saat tertentu, lebih kecil dari jumlah yang tercantum dalam faktur.
Saat berikutnya, jumlah itu lebih besar, begitu seterusnya. Dalam hal demikian
maka umur piutang dihitung dengan menelusuri debit (penjualan kredit) dan
kredit (penagihan) dalam kartu piutang dan menentukan penagihan-penagihan mana
yang digunakan untuk mengurangi piutang tertentu. Aturan yang dapat digunakan
adalah bahwa penjualan yang lebih awal akan dilunasi lebih dahulu.
Piutang merupakan aktiva
lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau
dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya timbul dari hasil usaha pokok
perusahaan. Namun selain itu, piutang dapat juga ditimbulkan dari adanya usaha
dari luar kegiatan pokok perusahaan.
Warren Reeve dan Fess
mengklasifikasikan Piutang ke dalam 3 kategori yaitu Piutang Usaha, Wesel,
Tagih dan piutang lain –lain sebagai berikut :
a.
Piutang Usaha
Menurut Soemarso
(2002:338) piutang usaha adalah: Perusahaan mempunyai hak klaim terhadap
seseorang atau perusahaan lain dengan adanya hak klaim ini perusahaan
dapat menuntut pembayaran damlam bentuk uang atau penyerahan aktiva
atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia berpiutang”. Piutang usaha timbul
dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa
kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan Piutang Usaha adalah
penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut di catat dengan
mendebit akun piutang usaha. Piutang Usaha semacam ini normalnya diperkirakan
akan tertagih dalam periode waktu relatit pendek, seperti 30 atau 60
hari. Piutang usaha di klasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar. Piutang
usaha adalah tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis yang hanya
dilengkapi oleh surat jalan, faktur/tanda terima lainnya yang telah
ditandatangani oleh debitur sehingga Selain itu pengertian piutang yang pada
umumnya digolongkan dalam aktiva lancar yang berarti bahwa tagihan-tagihan pada
pihak lain yang nantinya akan diminta pembayarannya dalam jangka waktu yang
tidak lama (kurang dari satu tahun) yang biasanya digolongkan dalam piutang
jangka pendek. Piutang usaha jangka pendek dapat dibagi atas dua yaitu:
1)
Piutang usaha/piutang terhadap langganan
Piutang usaha/piutang
terhadap langganan dalam perkiraan piutang usaha dicatat sebagai tagihan yang
timbul dari penjualan barang atau jasa yang merupakan usaha perusahaan yang
normal/kurang dari 1 tahun, disajikan dalam neraca sebagai aktiva lancar,
tetapi apabila telah lebih dari jangka waktu 1 tahun maka akan dilaporkan
sebagai aktiva tidak lancar. Jadi tagihan kepada langganan yang biasanya
disebut piutang dagang adalah tuntutan keuangan terhadap pihak lain baik
perorangan maupun organisasi- ganisasi atau debitur-debitur lainnya.
2)
Piutang yang akan diterima
Piutang yang akan
diterima merupakan kontrak prestasi yang sebenarnya sudah menjadi hak
perusahaan, akan tetapi belum/tidak saatnya untuk diterima, piutang ini timbul
pada suatu akhir periode dimana sebenarnya tagihan tersebut akan diterima pada
periode yang akan datang. Hal-hal yang termasuk dalam piutang yang akan
diterima adalah:
·
Bunga yang masih harus diterima yang timbul dari
aktiva yang dimiliki perusahaan, seperti wesel tagih dan bon.
·
Piutang sewa yang masih harus diterima yang
timbul dari hasil penyewaan, seperti gedung, mobil dan alat-alat besar lainnya.
·
Pendapatan piutang merupakan pendapatan yang
akan diterima sebagai hasil investasi dalam perusahaan.
Penggolongan piutang dan
umur piutang dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu:
1)
Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan
tertagihnya dalam 1 tahun atau siklus usaha normal.
2)
Piutang tidak lancar adalah tagihan/piutang yang
tidak dapat ditagih dalam jangka waktu 1 tahun.
3)
Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan
yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/bangkrut
(tidak tertagih).
4)
Piutang dicadangkan adalah tagihan yang
disisihkan sebelumnya untuk menghindari piutang tidak tertagih.
b.
Wesel Tagih
Wesel Tagih adalah
jumlah yang terutang bagi pelanggan disaat perusahaan telah menerbitkan surat
utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun.
Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
Weselbiasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa
digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan
piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang – kadang
disebut piutang dagang (trade receivable).
c.
Piutang lain – lain
Piutang lain – lain
biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan
akan tertagih dalam 1 tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai
aktiva lancar. Jika penagihanya lebih dari 1 tahun maka piutang ini
diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul
investasi. Piutang lain – lain (other receivable) meliputi piutang bunga,
piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.
Biaya yang timbul akibat piutang:
o Biaya penghapusan
piutang
o Biaya pengumpulan
piutang
o Biaya administrasi
o Biaya sumber dana
Kegiatan manajemen
piutang
o Perencanaan jumlah dan
pengumpulan pihutang
o Pengendalian pihutang
o Penyaringan langganan
o Penentuan risiko kredit
o Penentuan
potongan-potongan ( return )
o Penetapan
ketentuan-ketentuan dalam menghadapi para penunggak
o Pelaksanaan administrasi
yang berhubungan dengan penarikan kredit
2.3
Manajemen Piutang
Kebijaksanaan kredit standar
kredit/kualitas rekening yang diterima, jangka waktu/periode kredit yang
diberikan, discount/potongan tunai yang diberikan untuk pembayaran yang lebih
awal. Kebijaksanaan pengumpulan piutang, dan faktor-faktor lain yang
relevan. Keputusan kredit ini menyangkut tradeoff antara
keuntungan(marginal profit) dan biaya tambahan (marginal
cost) yang disebabkan oleh perubahan dalam salah satu atau kombinasi
elemen-elemen tersebut. Pada umumnya perusahaan
menjual produknya secara kredit, kemudian melahirkan piutang dagang; penagihan
piutang melahirkan kas. Hubungan antara piutang dengan kas adalah sebagai berikut:
Kas Persediaan
Barang Jadi Piutang Kas
2.3.1
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam Piutang
Piutang merupakan aktiva
yang penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari
likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh
Bambang Riyanto (2001:85-87) sebagai berikut:
a.
Volume penjualan kredit, semakin besar volume
penjualan kredit, makin besar investasi yang tertanam dalam Piutang. Makin
besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah
investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap
tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan
investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah
piutang berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga
memperbesar profitability.
b.
Syarat pembayaran
(termin), semakin lama masa kredit, semakin besar invesatasinya.Syarat
pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.apabila perusahaan
menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan lebih mengutamakan
keselamatan kredit dari pada pertimbangan profitabiitas. Syarat yang ketat
dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat
pada pembayaran piutang yang terlambat.
c.
Ketentuan tentang
pembatasan kredit, batasan kredit dapat berupa kuantitatif (plafon kredit,
semakin besar plafon kredit perpelanggan makin besar investasi yang diperlukan)
dan kualitatif (selektif terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan
semakin memperkecil investasi dalam piutang). Dalam penjualan kredit perusahaan
dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada
para langganannya. Makin tinngi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing
langganan berate makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang.
Sebaliknya,jika batas maksimal plafond lebih rendah,maka jumlah piutangpun akan
kecil.
d.
Kebijakan pengumpulan
piutang, pengumpulan
piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debtcollector) pengumpulan piutang
lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif
yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang
lebih besar. Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan
piuatng secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan
secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk
membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi akan menggunakan cara ini, maka
piutang yang ada akan lebih tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah
piutang perusahaan sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara
pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang
perusahaan akan lebih besar.
e.
Kebiasaan membayar dari
para langganan, apabila sebagian besar pelanggan membayar pada masa diskon
(termin 2/10;n/30), maka membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika
pelanggan membayar pada hari ke 30 atau bahkan menunggak, perlu investasi yang
besar. Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash discount akan
mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode
setelah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena
jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.
2.3.2
Konsep Manajemen Piutang Usaha
Piutang yang diberikan
perusahaan kepada para langganannya diharapkan dapat tertagih tepat pada
waktunya, akan tetapi ada kalanya piutang tidak dapat ditagih kembali. Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut, perusahaan perlu mengelola piutang.
Menurut Ridwan S.Sunjaya
pada umumnya manajer keuangan langsung mengawasi piutang usaha melalui
keterlibatannya dalam pengelolaan:
1
Kebijakan
kredit
Kebijaksanaan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar
kredit, syarat kredit, dan kebijakan penagihan
1) Standar Kredit
Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan keuangan
minimum pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong layak
memperoleh kredit. Dengan demikian, perusahaan da[at meramalkan siapa pelanggan
yang akan terlambat dalam membayar kewajibannya dan siapa pelanggan yang
mungkin akan mengakibatkan kerugian piutang (piutang yang tak tertagih).
Lima aspek (Lima C) yang
biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan kelayakan kredit meliputi hal
berikut:
a.
Character, kemungkinan dari para
pelanggan secara jujur berusaha memenuhi kewajibannya. Sejauh mana
reputasi pelanggan dapat dipercaya, yang dapat dinilai dari catatan masa lalu
atau informasi dari berbagai pihak yang patut diperhatikan
b.
Capacity, pendapat subjektif
mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur dari record tahun
sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan
toko pelanggan.
c.
Capital, diukur oleh posisi
finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan dengan
analisis rasio finansial. Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio profitabilitas
sering digunakan mengukur aspek kapital ini.
d.
Collateral, dicerminan dari aktiva
yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
e.
Conditions, menunjukkan pengaruh
langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan
atau perkembangan khusus dalam bidang ekonomi yang mempengaruhi efek terhadap kemampuan
pelanggan untuk memenuhi kewajibannya
2)
Syarat Kredit
Persyaratan kredit adalah
syarat pembayaran yang dibutuhkan bagi pelanggan. Mencakup dua hal yakni :
a)
Periode
kredit ( kapan penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu penagihan)
b)
Berapa
besar diskon yang akan diberikan kepada pelanggan yang membayar pada periode
diskon.
3)
Kebijakan penagihan piutang
Kebijakan penagihan (Credit
policy) adalah prosedur yang meliputi waktu dan cara-cara penagihan agar
pelanggan membayar kreditnya tepat waktu. Dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut:
·
Menegur
via telepon kepada pelanggan yang belum membayar pada satu hari setelah batas
akhir penagihan
·
Menegur
via surat kepada pelanggan yang belum membayar sesudah
tujuh hari dari batas akhir penagihan
·
Menyerahkan
tugas penagihan kepada penagih hutang (debt collector) diluar perusahaan bagi
perusahaan yang belum melunasi kewajibannya sampai satu bulan setelah batas
akhir penagihan.
Contoh penerapan kebijakan kredit:
Selama ini perusahaan menjual secara tunai, omset penjualannya
sebesar Rp 800 juta, keuntungan 15% dari penjualan. Jika perusahaan berencana
untuk menjual secara kredit dengan syarat pembayaran n/60. hal ini ditaksir
akan meningkatkan omset penjualan menjadi 1.050 juta pertahun. Dana yang dibutuhkan
untuk membiayai piutang tersebut ditaksir sebesar Rp148,75 juta pertahun.
Apakah manejemen
menerima alternatif penjualan kredit tersebut?
Manfaat :
tambahan keuntungan = (1.050 jt – 800 jt) x 15%
= Rp 37,5 jt
pengorbanan :
perputaran
piutang =
360/60 = 6 kali
rata-rata piutang =
1.050/6 = 175 jt
dana untuk membiayai
piutang = 148,75jt
biaya dana yang ditanggung 148,75 x 15% = 22,31 jt
manfaat bersih = Rp 15,19 jt
Benefit > cost,
layak untuk diterapkan
Perusahaan menawarkan syarat penjualan 2/20 ; n/60.
ditaksir 50% pelanggan akan membayar pada hari ke 20, dan sisanya pada
hari ke 60. Maka:
Rata-rata periode
pembayaran piutang = 0,5(20) + 0,5(60) = 40
hari
Perputaran
piutang =
360/40 = 9 kali
Rata-rata
piutang =
1.050/9 = 116,67 juta
Rata-rata dana yang
diperlukan untuk membiayai piutang = 116,67 jt x 85% = 99,17 jt
Penurunan biaya
dana 116,67
jt – 99,17 jt = 17,5 jt
Manfaat :
penurunan biaya
dana =
17,5 jt
Pengorbanan:
diskon = 2% x 50% x 1.050 jt
= 10,50 jt
manfaat
bersih = 7,00 jt
Benefit > cost,
layak untuk diterapkan.
2
Pemantauan Piutang
Pemantauan piutang adalah proses evaluasi atas kebijakan kredit
yang telah dijalankan, khususnya pemantauan apabila terjadi perubahan pola
pembayaran pada pelanggan. Misalnya, pelanggan yang semula tergolong patuh
dalam membayar kini mulai terlambat membayar kewajibannya. Ada dua hal yang
perlu mendapat perhatian dalam kaitannya dengan pemantauan piutang usaha:
·
DSO (Days Sales Outstanding)
DSO adalah nama lain dari average collection period (ACP)
yang mengungkapkan berapa lama piutang tertagih. DSO merupakan ukuran termudah
untuk mengamati arus penagihan piutang dari pelanggan. Meningkatnya DSO
menunjukkan pelanggan makin lambat membayar kewajibannya yang dapat dijadikan
indikator awal kemungkinan timbulnya piutang tak tertagih atau kredit macet.
Kendati DSO merupakan ukuran termudah untuk memantau kondisi
piutang, diperlukan sikap hati-hati dalam menafsirkan angka DSO. DSO atau ACP
(yang dinyatakan dalam hari) akan makin menurun apabila piutang menurun.
Menurunnya piutang belum tentu disebabkan oleh penerimaan yang lebih cepat,
mungkin saja disebabkan oleh turunnya penjualan akibat kondisi ekonomi yang
melesu.
·
Skedul Umur Piutang (aging schedule)
Skedul umur piutang merupakan tabel yang memuat informasi tentang
umur, jumlah, proporsi, dan periode penagihan piutang. Berikut contoh tabel
skedul umur piutang:
Umur (hari)
|
Jumlah
|
Proporsi
|
Periode penagihan (hari)
|
0-30
|
Rp 405.000.000
|
45 %
|
20
|
31-60
|
Rp 450.000.000
|
50 %
|
51
|
61-90
|
Rp 27.000.000
|
3 %
|
80
|
Lebih dari 90
|
Rp 18.000.000
|
2 %
|
96
|
Rp 900.000.000
|
Contoh analisis
pemantauan piutang. Misalnya, suatu perusahaan menetapkan batas waktu pembayaran
piutang 30 hari. DSO rata-rata = 45% (20) + 50 % (51) + 3% (80) + 2% (96) = 52
Hari. Hal itu berarti bahwa secara rata-rata pelanggan membayar kewajibannya
pada bulan kedua dari batas waktu penagihan yang ditentukan.
Pelanggan yang membayarnya hingga batas akhir penagihan hanya mencapai 45%.
Sisanya (55%) justru tergolong pelanggan yang membayar melebihi batas waktu
penagihan. Analisis sederahana ini menunjukan bahwa pola penerimaan penagihan
piutang dari pelanggan perusahaan kurang baik karena lebih dari separuhnya
tergolong sebagai pelanggan yang tidak tepat waktu. Untuk memperbaiki kondisi
tersebut, perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan kreditnya secara
menyeluruh.
2.3.3
Faktor yang Mempengaruhi
Besarnya Piutang
1.
Faktor Eksternal
Misalnya Permintaan terhadap produk dan karakteristik
industri. Besarnya piutang bervarisai dari satu perusahaan ke perusahaan
lainnya dan dari satu industri ke industri lainnya. Sebagai contoh Perusahaan
RETAIL cenderung mempunyai tingkat piutang dan persediaan yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan manufaktur.
2.
Faktor Internal
Misalnya Kebijakan
promosi dan iklan, kebijakan piutang. Disamping factor eksternal, faktor
internal juga akan menentukan besar kecilnya persediaan piutang. Sebagai
contoh, manajer keuangan mempunyai pilihan apakah akan melaksanakan kebijakan
kredit yang longgar (meningkatkan piutang) atau ketat (meminimumkan piutang).
Tentunya kebijakan piutang akan menciptakan trade off antar keuntungan dan
biaya (resiko). Faktor internal lain juga mempengaruhi piutang, sebagai contoh
perusahaan cukup sukses mengelola promosi sehingga penjualan akan meningkat,
maka piutang akan meningkat.
2.3.4
Resiko Kerugian Piutang
Setiap usaha yang
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan mengandung resiko yang tidak dapat
dihindari. Dalam hal ini resiko dapat dikendalikan agar berada dalam batas yang
wajar. Resiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut
resiko kerugian piutang.
Menurut S.Munawir
berpendapat bahwa : Semakin besar day’s receivable suatu perusahaan semakin
besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang dan kalau perusahaan
tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak
tertagihnya piutang (allowance for bad debt) berarti perusahaan telah
memperhitungkan labanya terlalu besar (overstated). Resiko kerugian piutang
terdiri dari beberapa macam yaitu:
1.
Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan
(piutang)
Resiko ini terjadi jika
jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali.hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa factor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih
langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan yang tidak
potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya stabiitas ekonomi
dan kondisi Negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat
dikembalikan.
2.
Resiko tidak dibayarnya sebagai piutang
Hal ini akan mengurangi
pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian jika jumlah piutang
yang ditrima kurang dari harga poko barang yang dijual secra kredit.
3.
Resiko keterlambatan pelunasan piutang
Hal ini akan menimbulkan
adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan dana ini akan
menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.
4.
Resiko tertanamnya modal dan piutang
Resiko ini terjadi
karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akan
mengakibatkan modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin besar dan hal ini
bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif. Dalam piutang,
resiko kerugian akibat piutang yang tidak dapat diterima pembayarannya selalu
ada.
Langkah-langkah
Pencegahan Resiko Tidak Tertagihnya Piutang:
- Penentuan
besarnya resiko yang akan ditanggung perusahaan, hal ini ditentukan atas
dasar pengalaman-pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Misalnya resiko
ditetapkan 10% dari piutang, jika perusahaan berencana meningkatkan penjualan
dengan Rp100.000 dan akan menyebabkan tambahan biaya Rp50.000, maka tambahan
keuntungannya adalah sebesar Rp 40.000 (100.000-50.000-(10%x100.000))
- Kemampuan
debitur memenuhi kewajibannya, hal ini dapat diukur dengan likuiditas dan
rentabilitas. Selain itu perlu dipertimbangkan “soliditas”:
a. Soliditas
komersiil, kejujuran debitur/direkturnya dalam memenuhi kewajibannya tepat
pada waktunya.
b. Soliditas
finansiil, memiliki modal kerja yang cukup dalam memenuhi kewajibannya
tepat pada waktunya
c. Soliditas
moril,
sifat-sifat dan moril yang baik dari debitur/direkturnya.
d. Membuat
klasifikasi kredit tiap pelanggan, hal ini dapat digunakan daftar analisis umur
piutang (aging schedule) sehingga diketahui sejarah kredit tiap-tiap
pelanggan.
e. Mengadakan
seleksi calon pelanggan, berdasar sejarah kredit dapat ditentukan pelanggan mana yang
dapat ditambah plafon kredit, diturunkan, atau tetap.
2.3.5
Metode penghapusan
Piutang
Dalam Penghapusan
piutang terdapat beberapa metode yang dapat dipilih untuk alternatif dalam
penghapusannya, yaitu :
a.
Metode penghapusan langsung
Dalam metode ini
kerugian piutang yang tidak bisa ditagih, dicatat langsung pada periode saat
terjadinya penghapusan piutang dengan perkiraan debet “beban penghapusan
piutang” dan kredit perkiraan ”piutang dagang”.
b.
Metode Penyisihan/cadangan.
Ada metode ini, setiap
akhir periode dilakukan penaksiran terhadap piutang yang dimiliki perusahaan,
sehingga diperoleh taksiran dari piutang yang disangsikan dapat diterima
pembayarannya. Taksiran ini dicatat pada perkiraan debet “beban piutang“ dan
kredit pada perkiraan “penyisihan piutang“. Jumlah taksiran kerugian piutang
dapat ditetapkan atas dasar. Atas dasar jumlah penjualan Piutang terjadi karana
akibat dari penjualan kredit maka taksiran menhunakan jumlah penjualan selama
periode bersangkutan. Yaitu dengan membandingkan kerugian piutang yang
sebenarnya terjadi dengan total pejualan kemudian dilakukan perubahan-perubahan
atas kemungkinan yang akan datang. Biasanya dalam bentuk persentase.
c.
Atas dasar saldo piutang
Jumlah ini dihitung
dengan cara mengalikan suatu persentase tertentu dengan saldo piutang pada
akhir periode. Dengan demikian yang dijadikan dasar adalah jumlah piutang dagang
yang dimiliki perusahaan pada akhir periode.
d.
Atas dasar analisis usia piutang
Penerapan metode ini
pada dasrnya sama dengan penentuan taksiran kerugian piutang atas dasar saldo
piutang, metode ini dikelompokan menjadi kelompok piutang yang belum jatuh tempo,
dan kelompok yang telah jatuh tempo. Sedangkan kelompok yang telah jatuh tempo
dikelompokkan atas dasar lamanya jatuh tempo. Lamanya tunggakan, dihitung dari
tanggal jatuh tempo piutang sampai tanggal 31 Desember.
BAB II
PENUTUP
3.1
Simpulan
Manajemen Kas dan Piutang sangatlah penting dalam operasional
perusahaan, jika kas perusahaan tidak dikelola dengan baik maka akan
menimbuklan kerugian secara finansial. Kelebihan tersedianya kas akan
menghilangkan kesempatan perusaan untuk berinvestasi pada sektor-sektor lain
yang terbuka, sedangkan kekurangan tersedianya kas membuat perusahaan menjadi
kurang likuid dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus diselesaikan
yang akan menimbulkan efek berkurangnya kepercayaan kreditur terhadap perusahaan.
Sama halnya dengan kas pada perusahaan, pengendalian yang baik
juga harus dilakukan untuk piutang, jumlah piutang yang terlalu banyak akan
mengakibatkan timbulnya kerugian berupa resiko piutang tak tertagih menjadi
besar, tetapi bila piutang perusahaan sedikit karena adanya jatuh tempo
pelunasan piutang yang terlalu cepat juga mengakibatkan pelanggan menjadi
berkurang akibat adanya kebijakan tersebut. Oleh itulah manajer harus mampu
mengkondisikan keadaan kas dan piutang peerusahaan dengan sebaik mungkin untuk
mengoptimalkan kinerja perusahaan untuk mencapai keefisienan perusaan dalam
menjalankan sumber daya yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Riyanto,
Bambang Prof.Dr.. Dasar-dasar
Pembelajaran Perusahaan Edisi 4.2010. Yogykarta: BPFE-Yogyakarta
Suryanto.
2014. Manajemen Kas dan Piutang,,(http://Accounting-media.blogspot/2014/01/manajemen-kas-dan-piutang diakses 21 November
2015)
Sendi, Rian.2014. Kas dan Piutang.(http://blognyarianrisendyngok.blogspot.co.id/2014/03/kas-dan-piutang
Diakses 20 November 2015)
Yulie, Siswoyo. 2013. Akuntansi. (http://siswoyoyulie.blogspot.co.id/akuntansi_20
Diakses 20 November 2015)
manajemen-piutang.html?m=1
Diaksess 27 November 2015)
hidup saya layak untuk dijalani dengan nyaman bagi saya dan keluarga saya sekarang dan benar-benar belum pernah melihat kebaikan yang ditunjukkan kepada saya sebanyak ini dalam hidup saya karena saya telah melalui masalah seserius anak saya menemukan kecelakaan mengerikan dua minggu terakhir, dan dokter menyatakan bahwa dia perlu menjalani operasi yang rumit agar dia dapat berjalan lagi dan saya tidak dapat membayar tagihan, kemudian operasi Anda pergi ke bank untuk meminjam dan menolak saya dengan mengatakan bahwa saya tidak memiliki nilai kredit, dari sana saya lari ke ayah saya dan dia tidak dapat membantu, kemudian ketika saya menelusuri jawaban yahoo dan saya menemukan pemberi pinjaman pinjaman mr, pedro, menawarkan pinjaman dengan tingkat bunga yang terjangkau saya tidak punya pilihan selain mencobanya dan mengejutkan itu semua seperti mimpi, saya mendapat pinjaman sebesar $ 110,000.00 untuk membayar operasi anak saya kemudian mendapatkan bisnis yang nyaman untuk membantu saya berjalan juga. saya bersyukur hari ini baik dan Anda dapat berjalan dan bekerja dan beban lebih lama pada saya lebih banyak dan kami dapat memberi makan dengan baik dan keluarga saya bahagia hari ini dan saya berkata pada diri sendiri bahwa saya akan berduka dengan keras di dunia keajaiban tuhan kepada saya melalui pemberi pinjaman yang takut akan tuhan ini mr pedro dan saya akan menyarankan siapa pun yang benar-benar membutuhkan pinjaman untuk menghubungi pria yang takut akan tuhan ini di ...... pedroloanss@gmail.com terima kasih
BalasHapus