BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penyusunan Makalah
Orang indonesia, kalau sudah melihat potensi
keuntungan, konon sulit membayangkan risikonya. Bahkan ada yang mengatakan bagi
sebagian besar orang indonesia, konsep risiko tidak begitu dikenal. Padahal
dalam era “uang”dewasa ini, setiap orang perlu mengenal perilaku risiko dan
meminimalkannya.
1.2 Tujuan
Penyusunan Makalah
Fakta mengungkapkan bahwa risiko pada bisnis dan usaha
tidak dapat dihindarkan. Untuk itu, tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk
mengetahui definisi sampai dengan evaluasi risiko usaha sehingga kita memahami
bagaimana cara menanggulangi risiko yang dihadapi saat ini maupu yang akan
datang. Dengan kata lain setiap mahasiswa jurusan akuntansi khususnya, perlu
memahami tentang berbagai macam aspek yang terdapat dalam konsep risiko.
Selain
itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘Kewirausahaan’ merupakan amanat yang
harus dilaksanakan.
1.3
Topik Bahasan
a.
Definisi Risiko
b.
Motivasi mengambil Risiko
c.
Jenis-jenis Risiko Dalam
Bisnis
d.
Bentuk-bentuk Kerugian
Akibat Adanya Risiko
e.
Pengelolaan Risiko
f.
Mengatasi dan memperkecil
Risiko Usaha
g.
Evaluasi Pengambilan Risiko
h.
Prosedur Menganalisis Risiko
Usaha
1.4
Metode
Penyusunan Makalah
Adapun metode penyusunan makalah ini adalah
menggunakan data sekunder, dalam arti kami mengutip dari berbagai data arsip.
Data arsip yang kami gunakan adalah buku yang ditulis oleh Harrington, Scott E, dan Gregory
R. Niehaus berjudul Risk
Management and Insurance jilid 2, serta
sumber data lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI RISIKO
Dalam dunia bisnis, kita mengenal beberapa definisi risiko. Namun, secara
umum, konsep risiko selalu dikaitkan dengan adanya suatu ketidakpastian pada
masa yang akan datang. Secara spesifik, risiko didefinisikan sebagai adanya
konsekuensi, sebagai dampak adanya ketidakpastian, yang memunculkan dampak yang
merugikan pelaku usaha. Sebaliknya, konsekuensi yang memunculkan dampak yang
menguntungkan tidak dianggap sebagai
risiko. Konsekuensi positif dianggap sebagai keuntungan yang diharapkan.
Risiko seperti diatas akan selalu ada dalam kehidupan usaha sehari-hari
kita. Intensitas risiko tersebut akan semakin meningkat manakala kita melakukan
kegiatan bisnis. Adalah jamak jika ingin mendapatkan hasil/keuntungan yang
besar, maka kita harus berhadapan dengan risiko besar juga (high risk, high
return). Oleh karenanya, dalam proses yang dilewati seorang wirausaha tidak
dapat dilepaskan dengan bagaimana seorang wirausaha melakukan pengambilan
risiko untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
2.2
MOTIVASI MENGAMBIL RISIKO
Terdapat beberapa alasan mengapa seseorang mengambil risiko. Seseorang
mengambil risiko bisa jadi didasari oleh keinginan untuk mendapatkan tingkat
pengembalian/keuntungan yang sepadan dengan pengorbanan yang telah dia
keluarkan. Ketika seseorang melakukan kegiatan yang berisiko karena
menginginkan keuntungan, biasanya dia mampu mengalkulasi besarnya risiko.
Atas dasar kalkulasi tersebut, dia akan menetapkan target keuntungan yang
dikehendaki. Contohnya, seseorang memiliki uang yang akan diinvestasikan. Dua
dapat memilih menabung di bank yang hanya memberi bunga sebesar 5% yang pasti
akan dia dapatkan setiap bulannya atau
menginvestasikan dalam bentuk bisnis kuliner dengan potensi keuntungan 300%.
Namun, dengan potensi keuntungan yang besar itu, dia juga memiliki risiko
ketidakpastian, yaitu risiko hasil keuntungan.
Alasan lain seseorang mengambil risio adalah karena faktor kepepet.
Seseorang terpaksa mengambil risiko karena kondisi yang menyertainya. Karena
kepepet, seseorang biasanya tidak terlalu menghiraukan risiko-risiko yang
dihadapi. Jika seseorang memahami risiko yang dihadapi, biasanya tidak punya
cukup waktu untuk mengalkulasi besarnya risiko-risiko tersebut.
2.3
JENIS-JENIS RISIKO DALAM
BISNIS
Sebagai seorang pemula, mahasiswa akan berbisnis perlu mengenal beberapa
risiko yang sering dijumpai dalam bisnis, khususnya start-up business,
yaitu :
1.
Risiko murni
Risiko
murni adalah risiko yang muncul sebagai akibat dari sebuah situasi atau
keputusan yang konsekuensinya adalah kerugian. Beberapa bentuk risiko murni
yang sering muncuk diantaranya adalah :
a.
Risiko hilang/rusaknya aset yang dimiliki yang
diakibatkan kebakaran, pencurian, penggelapan, dan sebagainya.
b.
Kecelakaan kerja pada proses produksi
c.
Risiko akibat tuntutan hukum pihak lain, misalnya
keracunan dari makanan yang anda jual, tuntutan konsumen akibat kelalaian kita
dan sebagainya
d.
Risiko operasional lainnya
e.
Bencana alam (force majeure) seperti banjir,
gempa, angin topan, dan sebagainya.
2.
Risiko spekulatif
Risiko
spekulatif adalah risiko yang muncul akibat situasi atau keputusan yang
konsekuensinya bisa berupa keuntungan ataupun kerugian. Contoh risiko
spekulatif diantaranya adalah
a.
Risiko perubahan harga
Harga pasar suatu produk,
jasa, atau komoditi dapat berubah-ubah. Ini dapat naik maupun turun. Terkait
dengan perubahan harga input, jika harga input naik, maka
perusahaan dapat mengalami kerugian penurunan marjin keuntungan. Sebaliknya,
jika harga input turun, maka perusahaan dapat mengalami keuntungan,
yaitu berupa kenaikan marjin keuntungan.
Terkait dengan harga output,
jika harga output naik, maka perusahaan akan mengalami keuntungan
karena naiknya marjin keuntungan. Sementara, jika harga output turun, maka
perusahaan akan mengalami kerugian, yaitu berupa penurunan marjin keuntungan.
b.
Risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko
yang muncul dari transaksi kredit, seperti utang dagang. Jika pihak yang kita
berikan kredit mengalami kegagalan bayar, maka kita mengalami kerugian. Menurut para ahli
kewirausahaan, risiko usaha atau bisnis dapat diidentifikasi, yaitu :
ü Barang usaha tidak laku.
ü Barang-barangnya tidak terbayar.
ü Barang usaha tidak bermanfaat
untuk konsumen.
ü Terjadinya bencana alam.
ü Adanya pencurian, penipuan dsb.
ü Adanya kredit macet.
ü Utang yang besar dan tidak
terbayar.
ü Adanya pemogokan karyawan.
ü Adanya sabotase atau monopoli
terhadap usahanya.
ü Harga barang tidak stabil.
ü Adanya persaingan global.
ü Adanya resesi dan inflasi.
ü Situasi politik yang tidak menentu.
ü Adanya kesulita keuangan usaha.
ü Tidak dipercaya oleh perbankan
ü Cashflow yg tersendat-sendat.
ü Tingkat penjualan yg rendah.
ü Adanya kekacauan dalam distribusi.
ü Sulitnya mencari bahan baku.
ü Kacaunya manajemen produksi.
2.4 BENTUK-BENTUK KERUGIAN AKIBAT ADANYA RISIKO
Setidaknya
terdapat dua jenis kerugian yang diakibatkan oleh risiko, yaitu :
a.
Kerugian langsung
Yaitu jumlah nominal yang
harus ditanggung akibat dampak langsung dari risiko yang dapat terjadi.
Misalnya, terjadi korseting listrik pada toko yang digunakan untuk usaha
sehingga terjadi kebakaran. Dari risiko kebakaran tersebut, teridentifikasi
jumlah kerugian langsung adalah nilai barang dagangan yang rusak akibat
kebakaran dan nilai kerusakan bengunan toko tersebut.
b.
Kerugian tidak langsung
Yaitu
nominal yang harus ditanggung akibat adanya dampak tidak langsung risiko yang
terjadi, misalnya kemungkinan penjualan atau keuntungan yang gagal diterima
akibat terjadinya risiko, munculnya biaya opersional tambahan, kesempatan
investasi yang hilang dan bermacam-macam kerugian lainnya.
Setelah anda memiliki usaha, anda dapat dengan mudah mengkalkulasi
seberapa besar risiko yang mungkin terjadi. Cara yang dapat anda gunakan, yaitu
ü Tentukan
seberapa sering suatu risiko terjadi (frekuansi atau probability-nya)
ü Tentukan
dampak yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi (dampak)
ü Hitung
kemungkinan prediksi kerugian, dengan formula :
Frekuensi x Dampak |
Berikut adalah contoh mengalkulasi risiko :
Anda memiliki risiko terjadinya pencurian barang
dagangan. Setelah diidentifikasi, potensi terjadinya risiko tersebut adalah 5x
dalam 1 bulan. Untuk seperti kejadian pencurian barang tersebut, rata-rata anda
mengalami kerugian Rp 300.000.
Dari informasi diatas, anda dapat menghitung prediksi
besarnya kerugian yang dihadapi dari risiko pencurian barang dagangan tersebut
dalam satu bulan, yaitu : 5 x Rp 300.000
= Rp 1.500.000. Artinya dalam satu bulan, terdapat risiko pencurian barang
dagangan yang berpotensi menyebabkan kerugian sebesar Rp 1.500.000.
2.5
PENGELOLAAN RISIKO
Untuk melakukan pengelolaan risiko, anda
dapat menggunakan prinsip Pareto dari berbagai potensi risiko yang berhasil
diidentifikasi. Caranya adalah dengan membuat urutan risiko-risiko yang
potensial terjadi berdasarkan prediksi kerugian yang dihasilkan, dari yang
paling tinggi sampai yang paling rendah. Selanjutnya, lakukan prioritas dalam
pengelolaan terhadap risiko yang memiliki prediksi kerugian yang paling besar
terhadap bisnis anda.
Dari
setiap tipe risiko yang masuk dalam prioritas tersebut, selanjutnya anda dapat
menggunakan 4pilihan strategi pengelolaan risiko, yaitu :
v Dikontrol
(risk control)
Yaitu
upaya-upaya yang dilakukan agar probabilitas terjadinya risiko yang kita
identifikasi menjadi berkurang. Mengontrol risiko juga dimaksudkan untuk
mengurangi dampak yang mungkin terjadi. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
mengontrol risiko diantaranya adalah membuat dan mengimplementasikan Standard
operating procedure (SOP) yang baik, melakukan pengontrolan secara serius
terhadap kualitas produk dan proses, melengkapi area produksi dengan alat-alat
keselamatan kerja, dan termasuk mengintroduksi budaya sadar risiko kepada semua
karyawan.
v Ditransfer
kepada pihak lain (Risk transfer)
Yaitu
upaya-upaya yang secara sadar dilakukan dengan memindahkan risiko yang kita
hadapi terhadap pihak lain. Hal ini dapat dilakukan dengan memindahkan risiko
terjadinya kebakaran toko kepada perusahaan asuransi. Sedangkan untuk
memindahkan risiko meningkatnya beban biaya tetap pegawai, dapat dilakukan dengan
kontrak outsourcing. Demikian pula untuk memindahkan risiko tingginya
modal kerja kepada konsumen dapat dilakukan dengan meminta pembayaran di awal,
atau memindahkan risiko tingginya biaya persediaan ke tangan supplier.
v Dibiayai
sendiri (risk retention)
Yaitu
upaya-upaya mendanai dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Dalam konteks
mendanai risiko ini, terdapat dua cara, yaitu dengan menyiapkan dana cadangan (allowance)
khusus untuk mendanai risiko, atau tanpa membuat cadangan. Pembuatan dana cadangan
tentu akan membuat modal kerja meningkat. Sementara, jika membiayai risiko
tanpa dana cadangan, akan menimbulkan risiko baru, yaitu terganggunya kegiatan
bisnis yang telah direncanakan sebelumnya. Sebagai contoh, risiko kebakaran
dari toko yang digunakan. Jika kebijakan pengelolaan risiko adalah dibiayai
tanpa ada dana cadangan, maka bisa jadi dana yang seharusnya untuk ekspansi
usaha akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko tersebut sehingga ekspansi
gagal dilakukan.
v Dihindari
(risk avoidance)
Yaitu
tindakan secara sadar untuk menghindari risiko yang dihadapi. Misalnya. Jika
selama satu minggu ke depan diprediksi hujan akan turun sangat lebat, maka jika
anda mempunyai bisnis restoran, anda disarankan untuk menghindari penjualan
bermacam-macam minuman dingin/aneka es. Hal ini dilakukan karena kemungkinan
produk-produk itu tidak akan laku. Namun perlu diingat, sebagai warausaha,
sering melakukan penghindaran risiko biasanya berdampak terhadap lambatnya
pengembangan usaha karena bisa jadi ada banyak kesempatan atau peluang yang
terlewatkan.
Pada tahap pengelolaan
risiko ini, anda dapat menggunakan satu metode diatas atau mengombinasikan
beberapa metode yang ada.
2.6
MENGATASI DAN MEMPERKECIL RISIKO USAHA
Seorang
wirausaha harus mau dan mampu mengambil risiko yang telah diperhitungkan dengan
matang dan selanjutnya risiko-risiko usaha dapat diatasi dan diperkecil dengan
adanya :
1. Keahlian dalam mengambil risiko.
2. Risiko yang diketahui sebelumnya.
3. Risiko pertengahan Usaha.
4. Inisiatif dan inovatif.
5. Risiko usaha yang diasuransikan.
6. Kerja prestatif dan antusiasme.
Menjadi
seorang wirausaha berarti harus memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi
peluang-peluang usaha yang ada dan mendayagunakan sumber sumber daya yg
diperlukan untuk mengatasi dan memperkecil suatu risiko usahanya yang teah
diperhitungkan dengan matang dan menyukai tantangan dengan risiko yg masuk akal.
Seorang
wirausaha adalah penentu risiko dan bukan penanggung risiko. Drucker mengatakan
bahwa ketika seorang wirausaha menetapkan sebuah keputusan, berarti sudah
memahami secara sadar bahwa risiko akan dihadapinya.
Penerapan
inovasi dalam usaha merupakan usaha yang kreatif untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya risiko. Didalam berwirausaha, praktiknya penuh risiko. Misal :
adanya persaingan, harga tidak stabil, dll. Namun semua risiko yg sudah
diketahui seorang wirausaha tetap harus bisa membuat keputusan.
2.7
EVALUASI
PENGAMBILAN RISIKO
Ada beberapa evaluasi bagi para wirausaha sebelum mengambil
keputusan yang mengandung risiko, antara lain :
1. Apakah risiko itu sepadan dengan
hasil usaha atau bisnisnya?
2. Mengapa Risiko usaha atau
bisnisnya itu sangat penting bagi seorang wirausaha?
3. Apakah Risiko itu dapat dikurangi
atau bahkan dihilangkan ?
4. Informasi usaha atau bisnis apa
yang diperlukan seorang wirausaha sebelum pengambilan risiko ?
5. Persiapan-persiapan apa saja yang
diperlukan sebelum seorang wirausaha mengambil risiko ?
6. Orang-orang dan sumber daya
manakah yang dapat membantu mengurangi risiko dan untuk mencapai tujuan usaha
atau bisnis ?
7. Apakah ada rasa takut di dalam
mengambil risiko usaha tersebut ?
8. Apakah wirausaha itu bersedia
berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan usaha atau bisnisnya ?
9. Apa yang akan dapat dicapai oleh
seorang wirausaha di dalam mengambil risiko itu ?
Faktor evaluasi yang paling
penting dalam mengambil dan memperkecil risiko usaha atau bisnis, yaitu dengan
adanya kesediaan menerima tanggungjawab pribadi atas akibat keputusannya, baik
yang menguntungkan ataupun sebalik nya.
2.8
PROSEDUR MENGANALISIS RESIKO USAHA
Prosedur menganalisis resiko usaha itu merupakan suatu gaya
perilaku seorang wirausaha. Ada beberapa prosedur untuk menganalisis sebuah
situasi resiko di dalam usaha atau bisnis, yaitu :
1.
Tujuan dan
sasaran Resiko Usaha.
Tujuan dan sasaran resiko usaha dirumuskan untuk mencapai
pertumbuhan yang pelan-pelan, pertumbuhan usaha mantap, atau tidak ada
pertumbuhan sama sekali. seorang wirausaha harus memutuskan apakah resiko usaha
yang muncul itu sesuai dengan asas tujuan dan sasaran usahanya ? Jika sesuai
proses pengambilan keputusan dapat diteruskan dan dapat melakukan penaksiran
alternatif yang menguntungkan.
2.
Meneliti
Alternatif Usaha
Dalam menganalisis pengambilan resiko dengan sasaran usaha
langkahnya ialah mengadakan survey atas berbagai alternatif secara terperinci,
apakah perlu adanya alternatif dari usaha atau bisnis yang sedang dijalankan.
3.
Merencanakan
dan melaksanakan sebuah alternatif.
Jika sebuah alternatif sudah dipilih, susunlah sebuah rencana
untuk melaksanakannya. Mulai dari
rencana usaha, memuat jadwal waktu, rumusan tujuan dan sasaran usaha.
4.
Taksiran
Resiko Usaha
Taksiran ada tidaknya resiko usaha sangatlah penting. apakah dalam
memilih sebuah alternatif ada potensi rugi ? Andaikan dihadapkan pada
permasalahan kebutuhan peningkatan produksi untuk memenuhi tambahan permintaan
konsumen. Tugas para wirausaha di dalam pengambilan resiko tersebut, bisa
melalui cara :
2.9
Menetapkan
kebutuhan pada tingkat permintaan waktu sekarang
2.10
Membeli
alat produksi yang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen.
2.11
Menyewa
alat-alat produksi untuk memenuhi permintaan konsumen.
2.12
Mensubkontrakkan
kepada pembuat produk yang lebih kecil.
2.13
Mengumpulkan
Informasi Resiko Usaha.
Kumpulkanlah informasi resiko
usaha secara intensif, sehingga penaksiran dapat dibuat secara realistik.
selanjutnya ramalan pasar perlu dilaksanakan untuk setiap permintaan dalam
berbagai kemungkinan yang akan terjadi agar wirausaha lebih mengerti, berikut
ini contoh beberapa pertanyaan :
a.
Apakah
terdapat pasar-pasar baru jika kegiatan persaingan mengurangi bagian pasar yang
ada sekarang ?
b.
Apakah
modifikasi produk dapat mendorong adanya kenaikan jumlah konsumen ?
c.
Apakah ada
kemungkinan para pembekal dan subkontraktor menaikan harganya jika permintaan
produk bertambah ?
d.
Bisakah
peralatan mesin produksi dimodifikasi dengan mudah untuk membuat produk-produk
lainnya ?
BAB III
PENUTUP
Alhamdulillah berkat
kesempatan yang diberikan Allah SWT makalah ini dapat terselesaikan sesuai
waktunya. Demikian yang dapat kami sampaikan.
Tulisan dalam makalah ini, apabila ada kekurangan kami selaku
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya serta besar harapan kami untuk
mendapatkan saran-saran yang bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Rhenald Khasali, Rhenald. 2010. Modul Kewirausahaan
untuk Program S1.
Harrington,
Scott E, dan Gregory R. Niehaus. Risk Management and Insurance.
Kurniawan, Tubagus. “Mengidentifikasi Risiko Usaha Untuk Wirausahawan”.
Minggu23Februari201417:05.http://infousahaupdate.blogspot.com/2014/02/mengidentifikasi-risiko-usaha-untuk.html?m=1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar