Minggu, 02 Oktober 2016

Kewirausahaan

                                                                 BAB I       
                                                       PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Penyusunan Makalah
          Orang indonesia, kalau sudah melihat potensi keuntungan, konon sulit membayangkan risikonya. Bahkan ada yang mengatakan bagi sebagian besar orang indonesia, konsep risiko tidak begitu dikenal. Padahal dalam era “uang”dewasa ini, setiap orang perlu mengenal perilaku risiko dan meminimalkannya.
1.2    Tujuan Penyusunan Makalah
          Fakta mengungkapkan bahwa risiko pada bisnis dan usaha tidak dapat dihindarkan. Untuk itu, tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui definisi sampai dengan evaluasi risiko usaha sehingga kita memahami bagaimana cara menanggulangi risiko yang dihadapi saat ini maupu yang akan datang. Dengan kata lain setiap mahasiswa jurusan akuntansi khususnya, perlu memahami tentang berbagai macam aspek yang terdapat dalam konsep risiko.
          Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘Kewirausahaan’ merupakan amanat yang harus dilaksanakan.
1.3         Topik Bahasan
a.       Definisi Risiko
b.      Motivasi mengambil Risiko
c.       Jenis-jenis Risiko Dalam Bisnis
d.      Bentuk-bentuk Kerugian Akibat Adanya Risiko
e.       Pengelolaan Risiko
f.       Mengatasi dan memperkecil Risiko Usaha
g.      Evaluasi Pengambilan Risiko
h.      Prosedur Menganalisis Risiko Usaha
1.4         Metode Penyusunan Makalah
          Adapun metode penyusunan makalah ini adalah menggunakan data sekunder, dalam arti kami mengutip dari berbagai data arsip. Data arsip yang kami gunakan adalah buku yang ditulis oleh Harrington, Scott E, dan Gregory R. Niehaus berjudul Risk Management and Insurance  jilid 2,  serta sumber data lainnya.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1    DEFINISI RISIKO
Dalam dunia bisnis, kita mengenal beberapa definisi risiko. Namun, secara umum, konsep risiko selalu dikaitkan dengan adanya suatu ketidakpastian pada masa yang akan datang. Secara spesifik, risiko didefinisikan sebagai adanya konsekuensi, sebagai dampak adanya ketidakpastian, yang memunculkan dampak yang merugikan pelaku usaha. Sebaliknya, konsekuensi yang memunculkan dampak yang menguntungkan  tidak dianggap sebagai risiko. Konsekuensi positif dianggap sebagai keuntungan yang diharapkan.
Risiko seperti diatas akan selalu ada dalam kehidupan usaha sehari-hari kita. Intensitas risiko tersebut akan semakin meningkat manakala kita melakukan kegiatan bisnis. Adalah jamak jika ingin mendapatkan hasil/keuntungan yang besar, maka kita harus berhadapan dengan risiko besar juga (high risk, high return). Oleh karenanya, dalam proses yang dilewati seorang wirausaha tidak dapat dilepaskan dengan bagaimana seorang wirausaha melakukan pengambilan risiko untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
2.2    MOTIVASI MENGAMBIL RISIKO
Terdapat beberapa alasan mengapa seseorang mengambil risiko. Seseorang mengambil risiko bisa jadi didasari oleh keinginan untuk mendapatkan tingkat pengembalian/keuntungan yang sepadan dengan pengorbanan yang telah dia keluarkan. Ketika seseorang melakukan kegiatan yang berisiko karena menginginkan keuntungan, biasanya dia mampu mengalkulasi besarnya risiko.
Atas dasar kalkulasi tersebut, dia akan menetapkan target keuntungan yang dikehendaki. Contohnya, seseorang memiliki uang yang akan diinvestasikan. Dua dapat memilih menabung di bank yang hanya memberi bunga sebesar 5% yang pasti akan dia dapatkan setiap  bulannya atau menginvestasikan dalam bentuk bisnis kuliner dengan potensi keuntungan 300%. Namun, dengan potensi keuntungan yang besar itu, dia juga memiliki risiko ketidakpastian, yaitu risiko hasil keuntungan.
Alasan lain seseorang mengambil risio adalah karena faktor kepepet. Seseorang terpaksa mengambil risiko karena kondisi yang menyertainya. Karena kepepet, seseorang biasanya tidak terlalu menghiraukan risiko-risiko yang dihadapi. Jika seseorang memahami risiko yang dihadapi, biasanya tidak punya cukup waktu untuk mengalkulasi besarnya risiko-risiko tersebut.
2.3    JENIS-JENIS RISIKO DALAM BISNIS
Sebagai seorang pemula, mahasiswa akan berbisnis perlu mengenal beberapa risiko yang sering dijumpai dalam bisnis, khususnya start-up business, yaitu :
1.      Risiko murni
Risiko murni adalah risiko yang muncul sebagai akibat dari sebuah situasi atau keputusan yang konsekuensinya adalah kerugian. Beberapa bentuk risiko murni yang sering muncuk diantaranya adalah :
a.       Risiko hilang/rusaknya aset yang dimiliki yang diakibatkan kebakaran, pencurian, penggelapan, dan sebagainya.
b.      Kecelakaan kerja pada proses produksi
c.       Risiko akibat tuntutan hukum pihak lain, misalnya keracunan dari makanan yang anda jual, tuntutan konsumen akibat kelalaian kita dan sebagainya
d.      Risiko operasional lainnya
e.       Bencana alam (force majeure) seperti banjir, gempa, angin topan, dan sebagainya.

2.      Risiko spekulatif
Risiko spekulatif adalah risiko yang muncul akibat situasi atau keputusan yang konsekuensinya bisa berupa keuntungan ataupun kerugian. Contoh risiko spekulatif diantaranya adalah
a.       Risiko perubahan harga
Harga pasar suatu produk, jasa, atau komoditi dapat berubah-ubah. Ini dapat naik maupun turun. Terkait dengan perubahan harga input, jika harga input naik, maka perusahaan dapat mengalami kerugian penurunan marjin keuntungan. Sebaliknya, jika harga input turun, maka perusahaan dapat mengalami keuntungan, yaitu berupa kenaikan marjin keuntungan.
Terkait dengan harga output, jika harga output naik, maka perusahaan akan mengalami keuntungan karena naiknya marjin keuntungan. Sementara, jika harga output turun, maka perusahaan akan mengalami kerugian, yaitu berupa penurunan marjin keuntungan.
b.      Risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko yang muncul dari transaksi kredit, seperti utang dagang. Jika pihak yang kita berikan kredit mengalami kegagalan bayar, maka kita mengalami kerugian.  Menurut para ahli kewirausahaan, risiko usaha atau bisnis dapat diidentifikasi, yaitu :
ü  Barang usaha tidak laku.
ü  Barang-barangnya tidak terbayar.
ü  Barang usaha tidak bermanfaat untuk konsumen.
ü  Terjadinya bencana alam.
ü  Adanya pencurian, penipuan dsb.
ü  Adanya kredit macet.
ü  Utang yang besar dan tidak terbayar.
ü  Adanya pemogokan karyawan.
ü  Adanya sabotase atau monopoli terhadap usahanya.
ü  Harga barang tidak stabil.
ü  Adanya persaingan global.
ü  Adanya resesi dan inflasi.
ü  Situasi politik yang tidak menentu.
ü  Adanya kesulita keuangan usaha.
ü  Tidak dipercaya oleh perbankan
ü  Cashflow yg tersendat-sendat.
ü  Tingkat penjualan yg rendah.
ü  Adanya kekacauan dalam distribusi.
ü  Sulitnya mencari bahan baku.
ü  Kacaunya manajemen produksi.



2.4 BENTUK-BENTUK KERUGIAN AKIBAT ADANYA RISIKO
Setidaknya terdapat dua jenis kerugian yang diakibatkan oleh risiko, yaitu :
a.       Kerugian langsung
Yaitu jumlah nominal yang harus ditanggung akibat dampak langsung dari risiko yang dapat terjadi. Misalnya, terjadi korseting listrik pada toko yang digunakan untuk usaha sehingga terjadi kebakaran. Dari risiko kebakaran tersebut, teridentifikasi jumlah kerugian langsung adalah nilai barang dagangan yang rusak akibat kebakaran dan nilai kerusakan bengunan toko tersebut.

b.      Kerugian tidak langsung
Yaitu nominal yang harus ditanggung akibat adanya dampak tidak langsung risiko yang terjadi, misalnya kemungkinan penjualan atau keuntungan yang gagal diterima akibat terjadinya risiko, munculnya biaya opersional tambahan, kesempatan investasi yang hilang dan bermacam-macam kerugian lainnya.
Setelah anda memiliki usaha, anda dapat dengan mudah mengkalkulasi seberapa besar risiko yang mungkin terjadi. Cara yang dapat anda gunakan, yaitu
ü  Tentukan seberapa sering suatu risiko terjadi (frekuansi atau probability-nya)
ü  Tentukan dampak yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi (dampak)
ü  Hitung kemungkinan prediksi kerugian, dengan formula :
               Frekuensi x Dampak
 

                                                                                                                
Berikut adalah contoh mengalkulasi risiko :
Anda memiliki risiko terjadinya pencurian barang dagangan. Setelah diidentifikasi, potensi terjadinya risiko tersebut adalah 5x dalam 1 bulan. Untuk seperti kejadian pencurian barang tersebut, rata-rata anda mengalami kerugian Rp 300.000.
Dari informasi diatas, anda dapat menghitung prediksi besarnya kerugian yang dihadapi dari risiko pencurian barang dagangan tersebut dalam satu bulan, yaitu :  5 x Rp 300.000 = Rp 1.500.000. Artinya dalam satu bulan, terdapat risiko pencurian barang dagangan yang berpotensi menyebabkan kerugian sebesar Rp 1.500.000.
2.5    PENGELOLAAN RISIKO
     Untuk melakukan pengelolaan risiko, anda dapat menggunakan prinsip Pareto dari berbagai potensi risiko yang berhasil diidentifikasi. Caranya adalah dengan membuat urutan risiko-risiko yang potensial terjadi berdasarkan prediksi kerugian yang dihasilkan, dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Selanjutnya, lakukan prioritas dalam pengelolaan terhadap risiko yang memiliki prediksi kerugian yang paling besar terhadap bisnis anda.
Dari setiap tipe risiko yang masuk dalam prioritas tersebut, selanjutnya anda dapat menggunakan 4pilihan strategi pengelolaan risiko, yaitu :
v  Dikontrol (risk control)
           Yaitu upaya-upaya yang dilakukan agar probabilitas terjadinya risiko yang kita identifikasi menjadi berkurang. Mengontrol risiko juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengontrol risiko diantaranya adalah membuat dan mengimplementasikan Standard operating procedure (SOP) yang baik, melakukan pengontrolan secara serius terhadap kualitas produk dan proses, melengkapi area produksi dengan alat-alat keselamatan kerja, dan termasuk mengintroduksi budaya sadar risiko kepada semua karyawan.

v  Ditransfer kepada pihak lain (Risk transfer)
           Yaitu upaya-upaya yang secara sadar dilakukan dengan memindahkan risiko yang kita hadapi terhadap pihak lain. Hal ini dapat dilakukan dengan memindahkan risiko terjadinya kebakaran toko kepada perusahaan asuransi. Sedangkan untuk memindahkan risiko meningkatnya beban biaya tetap pegawai, dapat dilakukan dengan kontrak outsourcing. Demikian pula untuk memindahkan risiko tingginya modal kerja kepada konsumen dapat dilakukan dengan meminta pembayaran di awal, atau memindahkan risiko tingginya biaya persediaan ke tangan supplier.

v  Dibiayai sendiri (risk retention)
           Yaitu upaya-upaya mendanai dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Dalam konteks mendanai risiko ini, terdapat dua cara, yaitu dengan menyiapkan dana cadangan (allowance) khusus untuk mendanai risiko, atau tanpa membuat cadangan. Pembuatan dana cadangan tentu akan membuat modal kerja meningkat. Sementara, jika membiayai risiko tanpa dana cadangan, akan menimbulkan risiko baru, yaitu terganggunya kegiatan bisnis yang telah direncanakan sebelumnya. Sebagai contoh, risiko kebakaran dari toko yang digunakan. Jika kebijakan pengelolaan risiko adalah dibiayai tanpa ada dana cadangan, maka bisa jadi dana yang seharusnya untuk ekspansi usaha akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko tersebut sehingga ekspansi gagal dilakukan.
v  Dihindari (risk avoidance)
           Yaitu tindakan secara sadar untuk menghindari risiko yang dihadapi. Misalnya. Jika selama satu minggu ke depan diprediksi hujan akan turun sangat lebat, maka jika anda mempunyai bisnis restoran, anda disarankan untuk menghindari penjualan bermacam-macam minuman dingin/aneka es. Hal ini dilakukan karena kemungkinan produk-produk itu tidak akan laku. Namun perlu diingat, sebagai warausaha, sering melakukan penghindaran risiko biasanya berdampak terhadap lambatnya pengembangan usaha karena bisa jadi ada banyak kesempatan atau peluang yang terlewatkan.
Pada tahap pengelolaan risiko ini, anda dapat menggunakan satu metode diatas atau mengombinasikan beberapa metode yang ada.

2.6    MENGATASI DAN MEMPERKECIL RISIKO USAHA
Seorang wirausaha harus mau dan mampu mengambil risiko yang telah diperhitungkan dengan matang dan selanjutnya risiko-risiko usaha dapat diatasi dan diperkecil dengan adanya :
1.      Keahlian dalam mengambil risiko.
2.      Risiko yang diketahui sebelumnya.
3.      Risiko pertengahan Usaha.
4.      Inisiatif dan inovatif.
5.      Risiko usaha yang diasuransikan.
6.      Kerja prestatif dan antusiasme.
Menjadi seorang wirausaha berarti harus memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang usaha yang ada dan mendayagunakan sumber sumber daya yg diperlukan untuk mengatasi dan memperkecil suatu risiko usahanya yang teah diperhitungkan dengan matang dan menyukai tantangan dengan risiko yg masuk akal.
Seorang wirausaha adalah penentu risiko dan bukan penanggung risiko. Drucker mengatakan bahwa ketika seorang wirausaha menetapkan sebuah keputusan, berarti sudah memahami secara sadar bahwa risiko akan dihadapinya.
Penerapan inovasi dalam usaha merupakan usaha yang kreatif untuk mengatasi kemungkinan terjadinya risiko. Didalam berwirausaha, praktiknya penuh risiko. Misal : adanya persaingan, harga tidak stabil, dll. Namun semua risiko yg sudah diketahui seorang wirausaha tetap harus bisa membuat keputusan.
2.7    EVALUASI PENGAMBILAN RISIKO
     Ada beberapa evaluasi bagi para wirausaha sebelum mengambil keputusan yang mengandung risiko, antara lain :
1.      Apakah risiko itu sepadan dengan hasil usaha atau bisnisnya?
2.      Mengapa Risiko usaha atau bisnisnya itu sangat penting bagi seorang wirausaha?
3.      Apakah Risiko itu dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan ?
4.      Informasi usaha atau bisnis apa yang diperlukan seorang wirausaha sebelum pengambilan risiko ?
5.      Persiapan-persiapan apa saja yang diperlukan sebelum seorang wirausaha mengambil risiko ?
6.      Orang-orang dan sumber daya manakah yang dapat membantu mengurangi risiko dan untuk mencapai tujuan usaha atau bisnis ?
7.      Apakah ada rasa takut di dalam mengambil risiko usaha tersebut ?
8.      Apakah wirausaha itu bersedia berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan usaha atau bisnisnya ?
9.      Apa yang akan dapat dicapai oleh seorang wirausaha di dalam mengambil risiko itu ?

Faktor evaluasi yang paling penting dalam mengambil dan memperkecil risiko usaha atau bisnis, yaitu dengan adanya kesediaan menerima tanggungjawab pribadi atas akibat keputusannya, baik yang menguntungkan ataupun sebalik nya.
2.8    PROSEDUR MENGANALISIS RESIKO USAHA
Prosedur menganalisis resiko usaha itu merupakan suatu gaya perilaku seorang wirausaha. Ada beberapa prosedur untuk menganalisis sebuah situasi resiko di dalam usaha atau bisnis, yaitu :
1.      Tujuan dan sasaran Resiko Usaha.
Tujuan dan sasaran resiko usaha dirumuskan untuk mencapai pertumbuhan yang pelan-pelan, pertumbuhan usaha mantap, atau tidak ada pertumbuhan sama sekali. seorang wirausaha harus memutuskan apakah resiko usaha yang muncul itu sesuai dengan asas tujuan dan sasaran usahanya ? Jika sesuai proses pengambilan keputusan dapat diteruskan dan dapat melakukan penaksiran alternatif yang menguntungkan.
2.      Meneliti Alternatif Usaha
Dalam menganalisis pengambilan resiko dengan sasaran usaha langkahnya ialah mengadakan survey atas berbagai alternatif secara terperinci, apakah perlu adanya alternatif dari usaha atau bisnis yang sedang dijalankan.
3.      Merencanakan dan melaksanakan sebuah alternatif.
Jika sebuah alternatif sudah dipilih, susunlah sebuah rencana untuk melaksanakannya.  Mulai dari rencana usaha, memuat jadwal waktu, rumusan tujuan dan sasaran usaha.
4.      Taksiran Resiko Usaha
Taksiran ada tidaknya resiko usaha sangatlah penting. apakah dalam memilih sebuah alternatif ada potensi rugi ? Andaikan dihadapkan pada permasalahan kebutuhan peningkatan produksi untuk memenuhi tambahan permintaan konsumen. Tugas para wirausaha di dalam pengambilan resiko tersebut, bisa melalui cara :
2.9  Menetapkan kebutuhan pada tingkat permintaan waktu sekarang
2.10                      Membeli alat produksi yang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen.
2.11                      Menyewa alat-alat produksi untuk memenuhi permintaan konsumen.
2.12                      Mensubkontrakkan kepada pembuat produk yang lebih kecil.
2.13                      Mengumpulkan Informasi Resiko Usaha.
Kumpulkanlah informasi resiko usaha secara intensif, sehingga penaksiran dapat dibuat secara realistik. selanjutnya ramalan pasar perlu dilaksanakan untuk setiap permintaan dalam berbagai kemungkinan yang akan terjadi agar wirausaha lebih mengerti, berikut ini contoh beberapa pertanyaan :
a.       Apakah terdapat pasar-pasar baru jika kegiatan persaingan mengurangi bagian pasar yang ada sekarang ?
b.      Apakah modifikasi produk dapat mendorong adanya kenaikan jumlah konsumen ?
c.       Apakah ada kemungkinan para pembekal dan subkontraktor menaikan harganya jika permintaan produk bertambah ?
d.      Bisakah peralatan mesin produksi dimodifikasi dengan mudah untuk membuat produk-produk lainnya ?

















BAB III
PENUTUP


Alhamdulillah berkat kesempatan yang diberikan Allah SWT makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktunya. Demikian yang dapat kami sampaikan.
Tulisan dalam makalah ini, apabila ada kekurangan kami selaku penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya serta besar harapan kami untuk mendapatkan saran-saran yang bermanfaat.

























DAFTAR PUSTAKA

Rhenald Khasali, Rhenald. 2010. Modul Kewirausahaan untuk Program S1.
Harrington, Scott E, dan Gregory R. Niehaus. Risk Management and Insurance.
Kurniawan, Tubagus. “Mengidentifikasi Risiko Usaha Untuk Wirausahawan”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar